• Minggu, 21 Desember 2025

Korban Bullying Jadi Pelaku Ledakan di SMAN 72 Jakarta, Bukti Negara Gagal Cegah Ekstremisme Usia Dini

Photo Author
- Minggu, 9 November 2025 | 06:22 WIB
Salah satu korban ledakan di SMAN 72 Kelapa Gading, Jakarta Utara (Foto: Istimewa)
Salah satu korban ledakan di SMAN 72 Kelapa Gading, Jakarta Utara (Foto: Istimewa)

KONTEKS.CO.ID - Tragedi ledakan di lingkungan SMAN 72 Kelapa Gading, Jakarta Utara, pada Jumat, 7 November 2025, yang melukai puluhan siswa dinilai bukan sekadar kecelakaan atau tindakan kriminal biasa.

Peneliti Hukum dan Konstitusi SETARA Institute, Azeem Marhendra Amedi berujar bahwa insiden tersebut merupakan bentuk nyata ekstremisme berbasis kekerasan yang menjalar hingga ke ruang pendidikan, sebuah tanda bahaya bagi masa depan kebinnekaan Indonesia.

Dalam tiga tahun terakhir, Indonesia memang mencatat nihil serangan terorisme (zero terrorist attack)

Namun, peristiwa di SMAN 72 menjadi alarm keras bahwa ketiadaan serangan bukan berarti ekstremisme telah padam.

Baca Juga: SETARA Institute: Ledakan SMA 72 Bukan Kriminal Biasa, Bukti Terorisme Sudah Menyusup ke Sekolah

“Peristiwa di SMAN 72 Jakarta merupakan alarm peringatan bahwa kesiapsiagaan dan langkah prevensi mesti selalu dilakukan guna menghindari keberulangan dan mencegah ekstremisme berbasis kekerasan,” tegas Azeem dalam siaran persnya, Minggu, 9 November 2025.

Menurutnya, agenda pencegahan ekstremisme-kekerasan tidak bisa hanya dijalankan oleh aparat keamanan atau lembaga negara tertentu, melainkan harus diperankan oleh seluruh pemangku kepentingan, dari pemerintah pusat, daerah, sekolah, hingga masyarakat sipil.

Azeem menyoroti pentingnya Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Penanggulangan Ekstremisme Berbasis Kekerasan yang Mengarah pada Terorisme (RAN-PE) untuk segera diaktivasi dan dioptimalkan.

Program tersebut, kata dia, harus menjadi payung koordinasi nasional dalam menggerakkan kolaborasi lintas sektor.

“Demikian pula Pemerintah Daerah dan aktor-aktor kunci di daerah harus terus didorong untuk mengoptimalisasi peran melalui Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Ekstremisme (RAD-PE),” ujarnya.

Baca Juga: Korban Ledakan SMAN 72 Kelapa Gading Bertambah Jadi 96 Orang, Satu Kritis

Lebih jauh, Azeem menilai bahwa ekosistem toleransi di tingkat akar rumput hanya akan kuat jika dibangun oleh kolaborasi tiga pilar kepemimpinan yaitu politik, birokratik, dan kemasyarakatan.

Ketiganya harus bersinergi menanamkan nilai kebinekaan dan melawan narasi kekerasan yang kini mudah menyebar melalui ruang digital.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Rizki Adiputra

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X