• Minggu, 21 Desember 2025

Fenomena Laut Langka Guncang Perairan Alor: Air Laut Mendadak Dingin, Ikan-Ikan Pingsan

Photo Author
- Jumat, 31 Oktober 2025 | 13:51 WIB
Ikan lumba-lumba berburu ke Laut Alor memanfaatkan ikan-ikan yang pingsan karena fenomena langka Extreme Upwelling Event atau EUE. (Foto: BRIN)
Ikan lumba-lumba berburu ke Laut Alor memanfaatkan ikan-ikan yang pingsan karena fenomena langka Extreme Upwelling Event atau EUE. (Foto: BRIN)

KONTEKS.CO.ID - Fenomena laut langka melanda perairan Selat Mulut Kumbang, Alor Kecil, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Dalam waktu singkat, kurang dari satu jam, suhu air laut di kawasan tropis tersebut tiba-tiba turun dari rata-rata sekitar 28 derajat Celcius mencapai titik minimum hingga 12 derajat Celcius.

Peristiwa ekstrem ini dikenal sebagai Extreme Upwelling Event (EUE). Fenomena tersebut menjadi kejadian pertama yang tercatat di dunia, dan kini menjadi fokus penelitian para ahli oseanografi di Indonesia, terutama dari Universitas Diponegoro dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bersama mitra lainnya.

Baca Juga: Terungkap! Ternyata Ini Penyebab Utama Banjir Parah di Jaksel, Pramono Sampai Bilang Begini

Menurut Achmad Sahri, Peneliti Ahli Madya Pusat Riset Sistem Biota BRIN, EUE adalah peristiwa naiknya massa air laut yang sangat dingin dari lapisan dalam menuju permukaan secara tiba-tiba.

“Biasanya penurunan suhu akibat upwelling di daerah tropis hanya sekitar 2 derajat celcius, tetapi di Alor kami mencatat penurunan hingga 10 derajat hanya dalam waktu singkat sekitar satu jam,” ungkap Sahri di Jakarta, Jumat 30 Oktober 2025.

Proses Terjadinya Extreme Upwelling Event

Sementara itu, Guru Besar di Departemen Oseanografi, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro, Anindya Wirasatriya sekaligus peneliti yang memimpin riset tersebut menjelaskan, secara detail bagaimana EUE itu terjadi.

“Peristiwa ini berlangsung bersamaan dengan pasang purnama (spring tide) yang memicu pergerakan massa air secara vertikal dengan kecepatan sekitar 0,012 meter per detik,” ujarnya.

Baca Juga: Wabup Pidie Jaya Hasan Basri Diduga Tinju Kepala SPPG Tuding Nasi Basi, Ini Kata Kemendagri

Selain suhu yang anjlok, salinitas air laut juga meningkat dari 30 PSU menjadi 36 PSU. Ini menunjukkan bahwa air yang naik berasal dari lapisan laut yang lebih dalam, di mana suhu lebih rendah dan kadar garam lebih tinggi.

Anindya menjelaskan, EUE berlangsung setidaknya selama 1-4 hari dan dapat terjadi dua kali dalam sehari mengikuti pasang surut semi-diurnal. Ini menjadikannya fenomena langka namun penting untuk dipahami karena berdampak besar pada ekosistem laut setempat.

Fenomena EUE di Selat Mulut Kumbang diklaim sebagai yang pertama dan satu-satunya di dunia. Sebab sampai saat ini belum ada laporan kejadian serupa di perairan tropis lainnya.

Besarnya perubahan suhu ini menunjukkan adanya proses oseanografi dan topografi lokal yang khas dan belum pernah tercatat di daerah tropis lain. Itu menjadikan EUE di wilayah ini sebagai fenomena unik dan langka secara global.

Baca Juga: Lakukan Topping Off, TelkomGroup Siap Operasikan Hyperscale Data Center NeutraDC Nxera Batam Dukung Ekosistem AI

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Iqbal Marsya

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X