KONTEKS.CO.ID - Musim kemarau di Indonesia umumnya berlangsung dari April hingga Oktober. Namun, tahun ini ada yang berbeda.
Memasuki pertengahan Agustus 2025, sejumlah wilayah justru diguyur hujan lebat, bahkan disertai kilat dan angin kencang.
Fenomena ini membuat sebagian warganet bertanya-tanya: kenapa musim kemarau terasa seperti musim hujan?
Baca Juga: Selain Sidang Tahunan, Ini Ragam Sidang yang Dilakukan MPR
Jawabannya ada pada fenomena yang disebut kemarau basah, di mana curah hujan tetap tinggi meski seharusnya memasuki periode kering.
Faktor Pemicu Hujan di Bulan Agustus
Menurut BMKG, kondisi ini dipicu oleh beberapa faktor cuaca skala lokal hingga global.
1. Dinamika Atmosfer Global
Fenomena seperti Madden-Julian Oscillation (MJO), Gelombang Kelvin, dan Rossby membuat atmosfer menjadi labil, sehingga pembentukan awan hujan tetap aktif di musim kemarau.
2. Suhu Muka Laut Menghangat
Perairan hangat di sekitar Indonesia memicu penguapan lebih banyak, membentuk awan hujan meskipun kemarau sedang berlangsung.
3. Sirkulasi Siklonik & Zona Konvergensi
Perputaran angin lokal dan pertemuan arus udara dari berbagai arah mendorong udara naik, memicu terbentuknya hujan lebat.
4. Gelombang Atmosfer Low Frequency
Artikel Terkait
BMKG Prediksi Hujan Guyur Jabodetabek 9–10 Agustus 2025, Warga Diminta Siaga Cek Wilayah Terdampak
Hujan Lebat Guyur Wilayah Jabodetabek, Bojonggede Waspada Badai Petir
BMKG Prediksi Hujan Masih Bayangi Jakarta Hari Ini, Waspada Berkendara!
Hujan Es Landa Kabupaten Karo, Belasan Rumah Warga Rusak
Perseid Mencapai Puncak, Saksikan Hujan Meteor Terindah Tahun Ini