• Senin, 22 Desember 2025

PDIP: Narasi Jokowi Agenda Besar Ijazah Palsu dan Pemakzulan Gibran Tak Jelas, Bikin Publik Bingung

Photo Author
- Selasa, 15 Juli 2025 | 17:32 WIB
Jokowi curiga agenda besar di balik Ijazahnya dan pemakzulan Gibran, PDIP sebut narasi yang tak jelas  (Instagram/jokowi)
Jokowi curiga agenda besar di balik Ijazahnya dan pemakzulan Gibran, PDIP sebut narasi yang tak jelas (Instagram/jokowi)


KONTEKS.CO.ID - Pernyataan Presiden RI ke-7, Joko Widodo (Jokowi) yang curiga adanya agenda besar di balik polemik ijazah dan pemakzulan Wapres Gibran Rakabuming Raka direspons politisi PDIP Aria Bima.

Menurutnya, Jokowi seharusnya tak mengeluarkan narasi yang tidak jelas.

"Pak Jokowi ini presiden dua kali. Sebaiknya Pak Jokowi berbicara hal-hal yang besar, pikiran-pikiran yang besar, pikiran-pikiran yang strategis. Beliau harus memberikan pencerahan terhadap bangsa ini, negara ini, untuk lebih ke depan ya," kata Aria Bima kepada wartawan di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa 15 Juli 2025.

Baca Juga: Terus Dibayangi Ancaman Tarif Trump, Indonesia Bidik Pasar Ikan dari Negara Lain

"Narasi-narasi yang membuat suatu yang tidak jelas dan berdampak pada kebingungan publik, seperti ada skenario-skenario itu, saya kira Pak Jokowi tahu dari dulu ya di politik kayak gitu," imbuhnya.

Bima menyebut, dunia politik di Indonesia yang selalu penuh skenario. Meski demikian, dia tak menyalahkan Jokowi terkait pernyataannya tersebut.

"Saya tidak menyalahkan Pak Jokowi menyampaikan hal itu ke publik. Tapi sebaiknya Pak Jokowi lebih menarasikan, memberikan semangat di dalam kita berbangsa dan bernegara ini. Jangan publik dibawa ke hal yang terlalu kecil," ujarnya.

Baca Juga: Praktik Judi Online Menyasar Anak-Anak, Hati-Hati E-Wallet Dipakai!

Aria Bima menilai, kasus dugaan ijazah palsu Jokowi sudah terlalu berlebihan.

"Menurut saya, soal ijazah ini juga terlalu berlebihan juga, sehingga masalah-masalah penting bangsa ini tidak menjadi wacana," sambungnya.

Dia kembali menyinggung soal dunia politik yang seharusnya sudah dipahami Jokowi selama ini dan lebih mengedepankan sikap kenegarawanan lantaran Presiden selama dua periode.

"Ya, karena beliau itu tidak bisa disorot sebagai Pak Jokowi, dia adalah presiden ke-7. Yang mana dia juga pernah menjadi kepala pemerintahan dan kepala negara. Dan saat ini rakyat butuh tidak hanya seorang presiden, tapi seorang pemimpin," katanya.

"Rakyat jangan diajak ikut mikir pemimpinnya, rakyat jangan diajak mikir partai politiknya. Tapi, rakyat perlu ada suatu pencerahan ke depan," lanjutnya.

Baca Juga: Bandara Ngurah Rai Benarkan Tolak Pesawat Super Air Jet Berangkat pada Sabtu Dini Hari

Sebelumnya, Jokowi mengaku curiga ada agenda politik besar di balik polemik ijazah palsu hingga pemakzulan putranya dari kursi Wakil Presiden.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Lopi Kasim

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X