Ia mengalami kerusakan organ dan patah tulang berat akibat benturan hebat di bebatuan gunung.
“Secara medis, secepat apa pun pertolongan datang, nyawa korban dalam insiden jatuh seperti itu hampir mustahil untuk diselamatkan,” kata Yusril, menanggapi dugaan keluarga bahwa korban sempat masih hidup setelah terjatuh.
Yusril juga membantah isu yang beredar di media sosial bahwa Juliana Marins sempat hidup di dasar jurang dan melakukan aktivitas.
“Membayangkan orang terjatuh dari ketinggian 600 meter ke bebatuan itu saja sudah tidak masuk akal. Dari hasil forensik, korban meninggal dalam waktu yang sangat singkat setelah terjatuh,” katanya.
Pemerintah Indonesia, lanjut Yusril, tetap mempersilakan pihak keluarga untuk melakukan otopsi ulang jika diperlukan sebagai bagian dari transparansi dan penghormatan terhadap hak-hak keluarga korban.***
Artikel Terkait
Agam Rinjani Apresiasi Rp1,5 M Donasi Rakyat Brasil: Dulu Saya Dibayar Pakai Nutrisari
Donasi Rp1,54 M untuk Agam Rinjani Dibatalkan: Warga Brasil Curiga, Gara-Gara Kurang Transparansi?
Sempat Baper, Donasi Rp1,5 M untuk Agam Rinjani Tak Jadi Batal Usai VOAA Dikritik Warga Brasil
Agam Rinjani Santai Donasi Rp1,5 M Nyaris Dibatalkan VOAA: Brasil, I Love You
Raja Juli Ajak Agam Rinjani Hingga Tyo Survival Diskusi Keamanan Mendaki, Menhut Punya Ide Prasyarat Pendakian