KONTEKS.CO.ID - Kantor PBB untuk Narkoba dan Kejahatan (UNODC) memperingatkan munculnya fenomena transformasi sindikat penipuan menjadi penyedia layanan kriminal terorganisir di Asia Tenggara.
Dalam laporannya bertajuk ‘Crushing Scam Farms: Southeast Asia’s Criminal Service Providers’, UNODC menyebut kelompok ini tidak hanya melakukan penipuan daring.
Lebih dari itu mereka juga menyediakan jasa pencucian uang, pemanenan data, hingga eksploitasi manusia.
Pasca pandemi Covid-19, UNODC mencatat lonjakan besar dalam jumlah kompleks penipuan berskala industri yang dikenal sebagai ‘scam farms’.
Salah satu contoh ditemukan di Filipina, saat otoritas setempat membongkar fasilitas luas yang berisi gedung kantor, asrama pekerja, dan kantin.
Secara legal terdaftar sebagai bisnis perjudian, tempat itu ternyata menjadi pusat penipuan daring yang menargetkan pasar di Vietnam dan China.
Baca Juga: Jonatan Christie Comeback! Tumbangkan Lanier dan Melaju ke Final Hylo Open 2025
Wakil Regional UNODC untuk Asia Tenggara dan Pasifik, Benedikt Hofmann, menyebut kompleks semacam ini beroperasi layaknya perusahaan teknologi besar.
“Tidak banyak bedanya dengan perusahaan teknologi mapan,” katanya.
“Sekitar 700 orang ditemukan di kompleks itu saat penggerebekan pada Maret 2024,” katanya.
Baca Juga: Otoritas Kamboja Tangkap 106 WNI karena Penipuan Daring, Lokasi Tuol Kork Phnom Penh
Menurut UNODC, para pelaku kejahatan siber ini memanfaatkan teknologi untuk menjalankan berbagai skema.
Mulai investasi palsu hingga penipuan berkedok percintaan.