Pada masa itu, ilmu pengetahuan berada dalam masa transisi besar, dengan banyak pengetahuan yang sudah ada dipertanyakan dan dipelajari kembali.
Baca Juga: Sakiko Kanase, Istri Jepang Soekarno yang Bunuh Diri di Kamar Mandi Karena Cemburu
Newton, yang memiliki pandangan kritis terhadap pemikiran lama, mulai mengembangkan ide-ide orisinalnya sendiri.
Puncak pencapaian ilmiah Newton datang pada tahun 1687. Ia menerbitkan buku monumental Philosophiae Naturalis Principia Mathematica, yang lebih dikenal sebagai Principia.
Baca Juga: Tan Malaka Ahli Penyamaran: 22 Tahun dalam Pelarian, 23 Nama Samaran
Di dalam buku ini, ia merumuskan hukum gerak dan hukum gravitasi universal.
Rumusan Isaac Newton menjelaskan bahwa setiap partikel di alam semesta saling menarik satu sama lain dengan gaya yang sebanding dengan massa mereka dan terbalik dengan kuadrat jarak antarpartikel.
Kesuksesan ini menjadikannya salah satu tokoh paling berpengaruh dalam sejarah sains.
Baca Juga: Syarifah Nawawi, Kasih Tak Sampai Tan Malaka Sang Bapak Republik
Merasa bosan dengan dunia akademik, Newton mencari tantangan baru dan pada tahun 1696 menjabat sebagai Warden of the Royal Mint.
Bertugas di Tower of London, peran Warden adalah menegakkan hukum terhadap pemalsuan uang. Meskipun posisi ini sebelumnya dianggap simbolis, Newton menanggapinya dengan serius.
Saat itu, sekitar 10% koin yang beredar adalah palsu.
Baca Juga: Gaya Bisnis Starbucks, Praktik Bank Berkedok Gerai Kopi yang Menakutkan Industri Perbankan Dunia
Selain itu, nilai perak di benua Eropa lebih tinggi daripada nilai nominal koin. Ini menyebabkan banyak koin perak dilebur dan dijual ke luar negeri.
Untuk mengatasi masalah ini, Newton memimpin "Great Recoinage", operasi besar yang melibatkan penarikan dan pencetakan ulang jutaan koin.