kontekstory

Tan Malaka Pernah Hampir Jadi Presiden Indonesia, Ditolak Hatta, Malah Dapat Tudingan Makar

Rabu, 30 Agustus 2023 | 08:00 WIB
Dalam rapat kabinet pada pekan ketiga September 1945, Soekarno menyampaikan jika dirinya ditangkap, maka Tan Makak menjadi penggantinya sebagai pemimpin Republik. (Foto: Tangkapan layar Youtube Indonesia Insider)

KONTEKS.CO.ID - Kisah Tan Malaka tak penah habis menjadi bahan tulisan.  Ada satu cerita Tan Malaka hampir jadi Presiden Indonesia untuk melanjutkan kempemimpinan Soekarno-Hatta saat Belanda menangkap dwi tunggal tersebut.

Seperti apa cerita Tan Malaka hampir jadi Presiden di republik yang ia rancang?

Lewat buku "Naar de Republiek Indonesia" atau "Menuju Republik Indonesia", Tan Malaka telah merancang berdirinya republik ini 20 tahun sebelum kemerdekaan Indonesia.

Baca Juga: Kisah Kelam Isaac Newton, Jenius Sains yang Pernah Gagal dalam Investasi Saham

Buku ini ia tulis pada tahun 1925, tiga tahun lebih dulu ketimbang buku "Indonesia Vrij" atau Indonesia Merdeka karya Muhammad Hatta sebagai pleidoi di depan pengadilan Belanda di Den Haag pada 1928.

Buku Tan Makaka itu juga lebih dulu terbit dibanding buku Bung Karno "Mentjapai Indonesia Merdeka" yang terbit pada 1933.

Ada beberapa buku Tan Malaka yang ia tulis di masa pelariannya. Tetapi setidaknya ada tiga buku 'babon' yang menginspirasi para tokoh pergerakan di Indonesia. Tiga buku itu adalah  "Naar de Republiek Indonesia", "Massa Actie" atau "Massa Aksi" dan "Dari Penjara ke Penjara".

Baca Juga: Benny Moerdani, Raja Intel 'Anti Islam' yang Pernah Bantu Taliban, Saat Meninggal Sempat Dikafani dan Dibacakan Yasin

Tokoh pemuda Sayuti Melik mengenang, di masa itu Bung Karno maupun Ir Anwari selalu membawa buku-buku Tan Malaka tersebut.

-

Buku Tan Malaka "Naar de Republiek Indonesia" atau berjudul Menuju Republik Indonesia. (Sumber foto: Perpustakaan Nasional)

Uniknya, salah satu tuduhan yang memberatkan Soekarno ketika diadili di Pengadilan Landraad Bandung pada tahun 1930 adalah karena ia menyimpan buku terlarang itu.

Bahkan pembelaannya dalam sidang pengadilan itu yang berjudul "Indonesia Menggugat" yang ia bacakan pada 22 Desember 1930, Soekarno banyak mengutip dari buku Tan Malaka.

Baca Juga: Mikhail Kalashnikov, Pencipta Senapan Serbu 'Sejuta umat' AK-47 yang Merasa Berdosa di Akhir Hidupnya

Tak hanya Soekarno, Muhammad Yamin dan WR Supratman pun mengagumi Tan Malaka.

Muhammad Yamin pada akhirnya menjadi pengikut Tan Malaka. Sedangkan WR Supratman yang telah membaca habis buku "Massa Aksi", memasukan kalimat "Indonesia Tanah Tumpah Darahku" dalam lagu Indonesia Raya setelah terilhami dari bagian akhir buku yang ia baca.

Pertemuan dengan Soekarno

Pada masa itu Tan Malaka layaknya legenda hidup. Pria yang memiliki 23 nama samaran itu seperti hantu. Dia seolah bisa berada di mana saja, kapan saja, dan menjadi siapa saja.

Baca Juga: Lagu Malam Kudus, Lahir dari Letusan Gunung Tambora dan Orgel yang Rusak

Tan sangat ahli dalam penyamaran mengingat selama puluhan tahun sudah menjadi buronan imperialis internasional.

Mengutip buku "Tan Malaka, Bapak Republik yang Dilupakan", pada suatu hari di awal September 1945 Soekarno mendengar kabar Tan Malaka sedang berada di Jakarta.

Soekarno lalu memerintahkan sekretarisnya, Sayuti Melik mencari tokoh revolusi senior itu dan mengatur pertemuan dengannya.

Baca Juga: Satsus Intel, Kisah Satuan 'James Bond' Indonesia Didikan CIA, MI6, dan Mossad

Namun akhirnya hanya Ahmad Soebardjo yang dapat memastikan kabar keberadaan Tan di Jakarta. Sebab  hanya kepada Soebardjo yang merupakan teman sekolah di Belanda, Tan Malaka bersedia membuka identitasnya.

Tan bersedia bertemu dengan Soekarno dengan satu syarat, pertemuan itu harus di dalam ruangan gelap atau tanpa cahaya sama sekali.

Harry A Poeze dalam “Tan Malaka, Gerakan Kiri dan Revolusi Indonesia (2018)’ menyebut, pertemuan antara Bung Karno dengan Tan Malaka akhirnya terjadi pada 9 September 1945. Pertemuan diam-diam itu berlangsung di rumah dokter pribadi Soekarno, yakni dokter Soeharto, di Jalan Kramat Raya Nomor 82, Jakarta.

Baca Juga: Penembak Misterius, Hikayat Nyawa Murah di Era Rezim Orba Atas Nama Ketertiban

Bung Karno meminta dokter pribadinya merahasiakan pertemuan itu. Kepada si tuan rumah, Tan Malaka mengaku bernama Abdul Razak dari Kalimantan.

Dalam autobiografinya "Dari Penjara ke Penjara", Tan yang tetap dalam penyamarannya mengaku senang bisa bertemu Bung Karno dan Bung Hatta.

Tan mendominasi pembicaraan dalam pertemuan rahasia itu. Sementara Soekarno lebih banyak diam. "Tan lebih berpengalaman dalam perjuangan," kata Sayuti Melik.

Baca Juga: GANEFO, Olimpiade Ciptaan Soekarno yang Kontroversial, Bukti Ada Politik dalam Olahraga

Bung Karno Minta Tan Malaka Menggantikan

Ada pernyataan Tan yang sangat mengusik perhatian Bung Karno di pertemuan itu. Tan mengatakan, "Belanda dengan menumpang Sekutu tidak lama lagi akan datang". Tan yakin Jakarta akan jadi medan pertempuran. Itu sebabnya ia mengusulkan pemerintahan harus dipindah ke pedalaman.

Khawatir akan kemungkinan itu, Soekarno pun berkata "Jika nanti terjadi sesuatu pada diri kami sehingga tidak dapat memimpin revolusi, saya harap Saudara yang melanjutkan". Tan Malaka tidak bereaksi sepatah kata pun mengenai testamen itu.

Dalam memoarnya "Dari Penjara ke Penjara", Tan menganggap usul itu hanya sebatas kehormatan dan tanda kepercayaan.

Baca Juga: Kritik Itu Haram, Bisa Jadi Serangan dan Bui! Begini Cara Rezim Orba Menghukum Para Pengkritik

"Saya sudah cukup senang bertemu dengan Presiden Republik Indonesia, republik yang sudah sekian lama saya idamkan," begitu kata Tan Malaka.

Namun Soebardjo menangkap apa yang disampaikan Bung Karno sebagai keseriusan sesama pejuang kemerdekaan. Ia pun lantas meminta Bung Karno menuliskan pernyataan itu di atas kertas, sehingga menjadi semacam testamen atau wasiat politik.

-

Bung Hatta saat menyapa rakyat. (Foto: Tangkapan layar Youtube)

Hatta Menolak

Ternyata permintaan Soekarno kepada Tan Malaka bukan basi-basi. Dalam rapat kabinet pada pekan ketiga September 1945, Soekarno kembali menyampaikan hal itu kepada para menteri.

Halaman:

Tags

Terkini