Baca Juga: Doktrin Politik Rezim Orba Melalui Film Horor dan Keruntuhan Film Indonesia Lewat Monopoli Bioskop
Permaisuri selalu puas dengan koper buatan Louis. Ia pun mengenalkan Louis pada kalangan elite Prancis.
Akhirnya pada 1885, Louis membuka toko pertamanya di luar Prancis yaitu di London, wilayah Oxford Street. Produknya semakin terkenal. Sayangnya, plagiarisme dari para pesaing bermunculan.
Louis pun tak hilang akal. Dia menciptakan pola kanvas Damier dengan logo yang bertuliskan 'marque. L Vuitton deposee' atau L Vuitton' pada 1888. Ini menjadi ciri khas produk LV sampai sekarang.
Usahanya terus berkembang pesat. Hingga pada 1892, Louis Vuitton meninggal dunia. Anaknya, George Vuitton, mengambil alih bisnis tersebut.
Bisnis Turun Temurun
Sang putra yang sejak kecil sering ikut Louis di bengkel juga memiliki otak yang cerdas. Lalu George mengekspansi bisnis fashion Louis Vuitton ke berbagai negara.
George juga rajin memamerkan produk Louis Vuitton di berbagai pameran. Dia tak lelah keliling dunia untuk memamerkan produknya, misalnya di Chicago, Amerika Serikat pada 1893.
Namun, peniru produk LV semakin gencar. George pun mematenkan logo Louis Vuitton dan desain monogram kanvas dengan model klasik lingkaran, bunga, dan berlian. Secara terbuka ia merilis logo tersebut sehingga pihak lain tak lagi bisa memalsukan produknya.
Di tangan George Vuitton, perkembangan LV semakin mendunia. Di Paris, George membangun Louis Vuitton Building di kawasan mewah Champs-Élysées. Hingga kini toko tersebut menjadi toko penyedia kebutuhan paling ikonik di Paris.
Merek ini pun mulai membuka berbagai toko di banyak negara.
Baca Juga: Perampok Legendaris Kusni Kasdut, Pejuang Kecewa yang Memilih Jalan Dosa
Sepeninggal George, Gaston Vuitton mengambil alih bisnis tersebut dari sang ayah.
Gaston Vuitton membuat LV semakin meluas. Dia pun meluncurkan berbagai produk fashion selain koper. Mulai dari baju, tas, sepatu, jas, parfum, dan berbagai aksesoris. Ini menjadikan LV tidak hanya sebagai merek koper, namun sudah menjadi brand lifestyle.
Gaston memiliki prinsip bahwa setiap musim, LV harus mengeluarkan produk terbaru tapi terbatas.
Baca Juga: Perampok Legendaris Kusni Kasdut, Pejuang Kecewa yang Memilih Jalan Dosa
Produk LV harus eksklusif. Hingga pada 2011, LV menjadi brand nomor satu dari 10 brand paling besar dan terkenal di dunia.
Keluarga Vuitton Retak
Namun di masa kepemimpinan Gaston, keluarga Vuitton mengalami keretakan. Ini menyebabkan kerajaan bisnis LV beralih ke pihak lain.
Musababnya, tiga anak Gaston tidak pernah kompak dalam hal keputusan bisnis. Akhirnya setelah Gaston meninggal dunia pada 1970, kepemimpinan LV jatuh ke menantunya yaitu Henry Racamier.
Baca Juga: Tan Malaka Ahli Penyamaran: 22 Tahun dalam Pelarian, 23 Nama Samaran
Walaupun kerajaan bisnis jatuh ke tangan sang ipar, ternyata keputusan ini berubah manis. Di tangan Henry, LV berkembang semakin pesat menjadi perusahaan internasional yang menjual barang berkualitas tinggi.
Dalam tempo enam tahun, sejak 1978-1984, penjualan LV naik 10 kali lipat dari USD20 juta menjadi USD260 juta. Di tahun yang sama LV melantai di bursa saham.
Henry juga memutuskan merger dengan perusahaan Moet Hennessy yang merupakan produsen minuman mahal di Prancis.
Baca Juga: Syarifah Nawawi, Kasih Tak Sampai Tan Malaka Sang Bapak Republik
Dengan merger ini, LV menjadi grup bisnis barang mewah bernama Louis Vuitton Moet Hennessy (LVMH).