Keberanian semacam itu menegaskan klaim Richard Mille bahwa produknya memang didesain untuk kondisi ekstrem, bukan hanya pajangan di lemari kaca.
Di pasar lelang, harga Richard Mille bisa makin gila. Sotheby’s mencatat RM 53-02 Sapphire Tourbillon terjual USD4,5 juta (sekitar Rp71 miliar) pada 2023.
Ada juga RM 38-02 Tourbillon Bubba Watson senilai Rp33 miliar dan RM 52-05 Pharrell Williams yang dihargai Rp26 miliar.
Tidak heran jika jam tangan ini menjadi incaran orang superkaya dan selebritas global.
Dari sekian banyak merek jam mewah asal Swiss, mulai Patek Philippe, Audemars Piguet, hingga Greubel Forsey, Richard Mille selalu menempati kasta paling eksklusif.
Baca Juga: Kisah Kivlan Zen: dari Aktivis Mahasiswa Hingga Jadi Tentara, Gagal Jadi Kopassus Gegara Makanan
Antara Teknologi dan Simbol Status
Dua dekade lebih sejak debutnya, Richard Mille sudah menghadirkan lebih dari 120 model dengan semangat yang sama, yaitu teknologi mutakhir, inovasi material, dan desain futuristis.
Para penggemarnya menyebutnya sebagai "Formula 1 of watchmaking".
Namun, di balik kehebatan teknis itu, Richard Mille juga tak bisa dilepaskan dari status sosial.
Di dunia ketika jam tangan bukan lagi sekadar alat penunjuk waktu, Richard Mille tampil sebagai simbol paling nyata dari kekayaan, eksklusivitas, dan prestise.
Sebuah jam tangan yang di satu sisi merupakan karya horologi tingkat tinggi. Di sisi lain adalah pernyataan gaya hidup, bahwa pemiliknya adalah lingkaran paling elite.***