Operasi ini sukses besar setelah bantuan persenjataan diserahkan langsung kepada pemimpin Taliban di Provinsi Nangarhar, Afganistan. Menurut Teddy, dukungan untuk Taliban menunjukkan solidaritas Indonesia kepada mereka yang diinvasi.
Baca Juga: Barisan Terate, Pasukan Khusus Pelacur dan Maling Penghancur Daya Tempur Belanda
Latar Belakang Unik Benny Moerdani
Latar belakang jenderal Benny sendiri sebenarnya cukup unik. Ayahnya, Moerdani Sosrodirjo adalah pekerja kereta api yang beragama Islam. Sementara ibunya, Jeanne Roech, yang berdarah setengah Jerman beragama Katolik. Benny sendiri merupakan anak ketiga dari 11 bersaudara yang semuanya mengikuti ibunya memeluk agama Katolik.
Meskipun mendapat cap anti Islam, uniknya Benny cukup dekat dengan tokoh-tokoh Islam, salah satunya adalah Abdurrahman Wahid alias Gus Dur.
Menurut Greg Barton dalam buku "The Authorized Biography of Abdurrahman Wahid", Benny sangat tidak dipercaya oleh kebanyakan pemimpin Muslim, khususnya kaum modernis perkotaan. Oleh karena itulah ia mendekati para pemimpin Islam tradisional di pesantren-pesantren, termasuk Gus Dur.
Gus Dur sendiri, kata adiknya Salahuddin Wahid, sangat mengagumi Benny meski kerap beda pandangan. Dalam catatan Greg Barton, Gus Dur mengaku bahwa ada sisi di mana ia muak dengan Benny yang dekat dengan kekerasan. Kendati demikian, Gus Dur juga melihat Benny adalah sosok yang masih bisa "diharapkan".
Baca Juga: Kisah Gusti Nurul, Kembang Mangkunegara Pujaan Tentara, Sultan, Hingga Perdana Menteri dan Presiden
Sekretaris Departemen Pertahanan Keamanan di era Benny, Mayjen (Purn) Surjadi menyebut bahwa Benny banyak memberikan bantuan ke pesantren-pesantren dan membangun masjid. Sementara menurut pengusaha Setiawan Djody, Benny juga menyumbang perpustakaan untuk Pesantren Darussalam di Ciamis, Jawa Barat.
Ada cerita menarik dari pengusaha Jusuf Wanandi. Dalam buku memoar "Menyibak Tabir Orde Baru", Jusuf menuturkan bahwa dalam satu kesempatan wartawan majalah Tempo Fikri Jufri melontarkan pertanyaan sensitif kepada Benny.
"Kenapa Anda tidak masuk Islam agar kami bisa memilih Anda sebagai presiden republik ini?" tanya Fikri. Semua yang hadir terdiam mendengar pertanyaan itu.
Benny menatap tajam Fikri dan dengan nada marah ia berkata, "Apa kamu pikir saya semurah itu, meninggalkan keyakinan saya hanya untuk mendapatkan suatu jabatan? Never!" jawab Benny tegas.
Baca Juga: Gebrakan Soemarno Sosroatmodjo, Gubernur DKI Kakek Bimbim Slank Bangun Perumahan Murah di Jakarta
Wasiat Benny Dimakamkan secara Islam
Meski tak mau menjadi mualaf demi jabatan presiden, Benny ternyata ingin pemakamannya berlangsung secara Islam ketika meninggal. Fakta ini disampaikan sahabatn Benny bernama Adnan Ganto, seorang tokoh Aceh yang juga seorang bankir internasional.
Dalam buku "Keputusan Sulit Adnan Ganto", pada suatu hari di tahun 1980-an Benny mengajak Adnan berziarah ke makam orang tuanya di Solo. Di situlah Benny meminta Adnan untuk mengatur agar kelak saat meninggal, jenazah Benny dimandikan secara Islam dan dikafani.
Artikel Terkait
Giorgia Meloni, PM Perempuan Pertama Italia yang Dicap Anti Islam
Taliban Resmi Larang Perempuan Sekolah
Sosok Rasmus Paludan Pelaku Pembakaran Alquran di Swedia: Pemimpin Partai Anti Imigrasi, Anti Islam, dan Pro Keamanan Nasional
Taliban Tutup Semua Salon Kecantikan, Wanita Afghanistan Marah Besar
Taliban Bebaskan Aktivis Sayap Kanan Austria yang Dituduh Jadi Mata-Mata