Hantu Komunisme, Pintu Masuk Cawe-cawe Soeharto
Polemik di Timtim ternyata membuat pemerintahan Orde Baru cemas. Presiden daripada Soeharto merasa khawatir jika nantinya Timtim akan menjadi negara komunis. di sisi lain, Soeharto tidak rela Timtim terus berada di bawah penguasaan Portugal.
Baca Juga: Piala Dunia 2002 Korsel dan Jepang, Kontroversi Prestasi Tertinggi dari Skandal Sepak Bola Terbesar Sepanjang Sejarah
Soeharto kemudian menjalin komunikasi dengan Presiden AS Gerald Ford Jr. Selanjutnya pada 6 Desember 1975 Presiden Ford dan Menlu Henry Kissinger datang ke Jakarta menemui Soeharto. AS tentu tak ingin Timtim merdeka di bawah Fretelin kian condong ke kiri mengingat saat itu perang dingin AS-Uni Soviet sedang sengit-sengitnya.
'Chega! Laporan Komisi Penerimaan Kebenaran dan Rekonsiliasi di timor Leste' menulis, sehari setelah pertemuan antara Soeharto, Ford, dan Henry Kissinger, militer Indonesia menginvasi Timtim lewat Operasi Seroja.
Dalam dokumen transkrip pertemuan antara Soeharto dengan Ford dan Kissinger yang terpublikasi tanpa sensor pada 7 Desember 2001, salah satu isinya adalah pemerintah AS secara sengaja membiarkan invasi militer Indonesia ke Timtim.
Baca Juga: Tokoh PKI Nyoto dan Misteri Hilangnya Orang Kuat Ketiga di PKI
Selain itu, merujuk pada laporan Washington Post, terkuak juga bahwa AS menyuplai 90% senjata untuk militer Indonesia dalam upaya invasi tersebut.
Kissinger menyebut Indonesia bukan menginvasi Timtim bukanlah intervensi militer, melainkan bentuk mempertahankan diri.
Soeharto sendiri menyebut wilayah kecil dan minim sumber daya seperti Timtim tidak layak menjadi negara merdeka. Namun bila menjadi bagian dari Portugal, tentu akan menjadi beban besar karena negara induk berada sangat jauh.
Baca Juga: Nurnaningsih, Keturunan Keraton yang Jadi Bom Seks Pertama Era 1950-an, Masa Tua Miris Harta Habis
Sedangkan bila bergabung dengan Indonesia yang independen juga tidak mungkin karena Indonesia berbentuk negara kesatuan. "Satu-satunya cara adalah mengintegrasikan ke Indonesia," ujar Soeharto.
Operasi Seroja Penanda Perlawanan Panjang Xanana
Pada 7 Desember 1975, terjadilah operasi Seroja operasi sebagai respons atas tindakan Partai Fretilin mendeklarasikan kemerdekaan Republik demokratik Timtim. Operasi Seroja disebut-sebut sebagai operasi militer terbesar yang pernah dilakukan Indonesia dengan melibatkan semua unsur darat, laut, dan udara.
Pertempuran ini diperkirakan menewaskan sekitar 100.000 hingga 180.000 korban jiwa yang terdiri dari tentara dan warga sipil.
Baca Juga: Kisah Kelam Isaac Newton, Jenius Sains yang Pernah Gagal dalam Investasi Saham
Sejak itulah jalan panjang perlawanan Xanana kepada Soeharto dimulai, secara politik maupun militer. Harapan Xanana Gusmao bersama Fretelin yang ingin memerdekakan Timtim kandas setelah wilayah ini bergabung dengan Indonesia dan menjadi provinsi ke-27 sejak 1976.
Meski begitu, Xanana Gusmao tetap bergerilya dengan memakai nama samaran Kay Rala. Falintil sendiri sejak 1987 telah berganti rupa menjadi angkatan bersenjata pembebasan nasional.
Tetapi Orde Baru sengaja mengerdilkan Xanana dan pasukannya dengan hanya menyebut mereka sebagai GPK atau gerombolan pengacau keamanan. Bahkan Jenderal LB Moerdani mengecilkan Xanana dengan menyebutnya 'seorang kriminal biasa dan tikus yang yang mampu menyatukan pengikutnya'.
Baca Juga: Rukmini, Tunangan Pierre Tendean yang Butuh Waktu Move On 7 Tahun
Semangat perlawanan Xanana dan pasukannya tak kunjung melemah. Dalam sebuah wawancara Xanana menyebut bahwa perlawanan bersenjata sudah tidak efektif dan tidak mungkin mereka menangkan. Mereka mengubah pola dengan melakukan pergerakan bawah tanah yang terorganisir untuk memperjuangkan kemerdekaan.
Akhirnya kesempatan itu datang setelah Soeharto jatuh pada 21 Mei 1998. BJ Habibie yang menjadi presiden menggantikan Soeharto menawarkan referendum dengan pilihan merdeka atau tetap ikut Indonesia dengan otonomi khusus.
Dalam buku "Detik-detik yang Menentukan" Habibie mengatakan, berbagai pihak di forum internasional sudah mengajukan referendum sebagai opsi penyelesaian status Timtim. Alasannya, setiap bangsa berhak untuk menentukan nasibnya sendiri.
Baca Juga: Mikhail Kalashnikov, Pencipta Senapan Serbu 'Sejuta umat' AK-47 yang Merasa Berdosa di Akhir Hidupnya
Kebijakan Habibie ini menuai banyak pujian, terutama di Timor Leste. Bahkan saking cintanya rakyat negeri itu kepada Habibie, pada 2019 lalu namanya diabadikan menjadi nama jembatan. Jembatan BJ Habibie sepanjang 540 meter dan lebar 8 meter di desa Bidau Santana, Dili, dibangun oleh BUMN Timor Leste dengan biaya sebesar USD3,9 juta.
Persahabatan Xanana dan Habibie
Sebagai mantan Presiden Timor Leste, Xanana sendiri yang mengantarkan undangan untuk menghadiri peresmian jembatan tersebut kepada Habibie pada 22 Juli 2019. Sayangnya saat itu Mr Crack - sapaan akrab Habibie, tengah terbaring sakit di RSPAD Gatot Subroto.
Sebuah video yang menggambarkan momen manis Xanana Gusmao menjenguk Presiden ketiga RI itu viral di dunia maya. Dalam video itu, keduanya saling berpegangan tangan dan berpelukan.
Baca Juga: Rahasia Bisnis Teh Botol Sosro: Cicip Rasa, Promosi, dan Tak Pelit Bagi Rejeki ke Pelanggan
Xanana pun sempat mengecup kening Habibie yang tengah terbaring. Ia kemudian membaringkan kepalanya kepada sang kakak dan Habibie mengelus kepala itu penuh kasih.
[embed]https://www.youtube.com/watch?v=Y2fwjBzBMI0[/embed]
Relasi pribadi antara Xanana dan Habibie memang sangat kuat dan mendalam. Sebab di mata mantan wartawan dan pemain bola ini, jasa Habibie tidak hanya memberikan referendum bagi Timtim, tetapi juga membebaskannya dari status napi politik di LP Cipinang.
Baca Juga: Sejarah The North Face: Berawal dari Toko Outdoor yang Salah Lokasi, Empat Kali Ganti Pemilik, Hingga Berkibar di Paris Fashion Week
Tak lama setelah itu, pada 11 September 2019 Habibie wafat. Xanana merasa sangat kehilangan sosok seorang guru, sahabat, sekaligus kakak baginya.
Tak hanya dengan Habibie, Xanana juga bersahabat dengan Presiden Megawati dan Presiden SBY, dan Presiden Jokowi. Jokowi mendukung Timor Leste ikut bergabung dalam komunitas ASEAN.
Bahkan SBY menganugerahkan penghargaan Bintang Republik Indonesia Adipurna kepada Xanana Gusmao pada 2004. Penghargaan Bintang Republik Indonesia Adipurna tersebut merupakan penghargaan yang tertinggi dari pemerintah Indonesia kepada warga negara asing.
Baca Juga: Warna-warni Sejarah Skincare Sejak 10.000 SM, Bahkan Ada yang Terbuat dari Racun
Hingga kini hubungan Xanana dengan Indonesia, negara yang pernah menjadi bagian gelap perjuangannya, begitu kuat dan erat.
Begitulah Xanana, tak ada dendam di hatinya meskipun bertahun-tahun terlibat perang dengan ABRI, ditangkap dan dijatuhi hukuman 20 tahun penjara oleh Orde Baru. Ia membuktikan bahwa perangnya adalah perang melawan pendudukan atas Timtim, bukan terhadap bangsa Indonesia.***
Artikel Terkait
Perang Meluas, AS dan Inggris Mulai Serang Pejuang Houthi di Yaman
Drone Israel Hantam Mobil di Lebanon, 3 Pejuang Hizbullah Tewas
Jelang Laga Terakhir Grup A Piala AFF U-19, Ini Link Live Streaming Timnas Indonesia vs Timor Leste
Susunan Timnas Indonesia U-19 vs Timor Leste: Bukan Misi 1 Poin!
25 Tahun Merdeka, Sekjen PBB: Kemerdekaan Timor Leste, Simbol Keberanian Rakyat