• Senin, 22 Desember 2025

Tokoh G30S PKI Letkol Untung Syamsuri, Nasib Tragis Komandan Batalyon Tjakrabirawa dan Orang Dekat Soeharto

Photo Author
- Jumat, 29 September 2023 | 08:00 WIB
Saat ditangkap sebagai tokoh kunci G30S PKI, Letkol Untung Syamsuri yakin Soeharto bakal membebaskannya. (Foto: kolase Youtube/Wikimedia Commons)
Saat ditangkap sebagai tokoh kunci G30S PKI, Letkol Untung Syamsuri yakin Soeharto bakal membebaskannya. (Foto: kolase Youtube/Wikimedia Commons)

Baca Juga: Jalan Panjang Karier Sofia WD: Intel Perempuan, Sutradara Film, Hingga Artis Legendaris Indonesia

Untung juga menjadi prajurit yang hebat di bawah pimpinan Jenderal Ahmad Yani. Dia terlibat operasi penumpasan pemberontakan PRRI atau Permesta di Bukit Gombak, Batusangkar, Sumatera Barat pada 1958.

Terpilih Menjadi Komandan Tjakrabirawa


-
Untung Syamsuri jadi komandan Tjakrabirawa atas rekomendasi Soeharto. (Wikipedia/panah kuning)

Pada Februari 1965, Untung pindah dari Divisi Diponegoro di Jawa Tengah ke Jakarta untuk bertugas sebagai pemimpin batalyon Pengawal Presiden Tjakrabirawa atas rekomendasi Soeharto.

Soehartojuga yang merekomendasikan batalyon mana saja yang menjadi pasukan Tjakrabirawa. Dia memilih dua kompi Batalyon Banteng Raiders masuk Tjakrabirawa.

Baca Juga: Sejarah Piala Eropa atau Euro: Diawali Mimpi Henri Delaunay, Sudah Tiga Kali Ganti Nama

Presiden Soekarno membentuk Pasukan Tjakrabirawa bertepatan dengan hari ulang tahunnya, 6 Juni 1962. Pasukan itu untuk menjaga presiden dan keluarganya.

Dalam biografi Benny Moerdani, tertulis bahwa pada tahun 1965 Soekarno meminta Benny untuk menjadi Komandan Batalyon 1 Resimen Tjakrabirawa menggantikan Letkol Ali Ebram.

Benny, seorang perwira muda dengan latar belakang keluarga terpandang dengan intelektual yang mumpuni ini, dengan segala keberaniannya menyampaikan penolakannya kepada Soekarno.

Baca Juga: Penembak Misterius, Hikayat Nyawa Murah di Era Rezim Orba Atas Nama Ketertiban

Awalnya Bung Karno sempat tersinggung tapi akhirnya bisa memahami penjelasan Benny yang tetap ingin menjadi pasukan tempur.

Setelah Benny menolak akhirnya pilihan jatuh kepada Mayor Untung. Walaupun latar belakang keluarganya bukan orang terpandang dan intelektualitasnya biasa-biasa saja tapi sosoknya terkenal sebagai perwira lapangan yang berani dan loyal kepada atasan.

Namun, setelah setahun berada di Tjakrabirawa, pria yang pernah terlibat dalam PKI Madiun ini kemudian menjadi salah satu pentolan gerakan G30S PKI.

Baca Juga: Kritik Itu Haram, Bisa Jadi Serangan dan Bui! Begini Cara Rezim Orba Menghukum Para Pengkritik

Sebagai informasi, semasa perang kemerdekaan Untung pernah bergabung dengan Batalyon Sudigdo yang berada di Wonogiri.

Beberapa literasi menyebutkan bahwa batalyon ini adalah satuan yang ikut PKI (Partai Komunis Indonesia).

Bahkan batalyon ini sempat terlibat dalam gerakan PKI Madiun pada 1948 dengan pimpinan Muso dan Amir Syarifuddin.

Baca Juga: Hukum di Masa Rezim Orba: Nestapa Sengkon Karta, Divonis Tanpa Bersalah Lalu Menderita Sampai Meninggal

Karena itulah, Gubernur Militer Kolonel Gatot Soebroto sempat mencari-cari batalyon ini. Namun, kekacauan yang terjadi antara Indonesia dengan Belanda kala itu membuat pengejaran terhadap batalyon pemberontak ini terhenti.

Sebab itulah yang membuat pasukan batalyon ini bebas berkeliaran termasuk Untung.

Kudeta Prematur G30S PKI

Sebelum peristiwa G30S PKI pecah, Letkol Untung terprovokasi Ketua Biro Khusus PKI, Syam Kamaruzaman.

Baca Juga: Doktrin Politik Rezim Orba Melalui Film Horor dan Keruntuhan Film Indonesia Lewat Monopoli Bioskop

Sedangkan inisiatif soal gerakan ini sendiri datang dari Ketua Comite Central  (CC) PKI, Dipa Nusantara Aidit yang baru pulang dari China pada Agustus 1965. Saat itu Aidit galau karena mengetahui kondisi Soekarno yang sedang sakit-sakitan.

Aidit takut para pimpinan AD akan memanfaatkan situasi ini untuk merebut kekuasaan. Dia pun langsung meminta bantuan Sjam yang juga merupakan tangan kanannya.

Ketua Umum CC PKI itu meminta Syam untuk melakukan gerakan terbatas yang nantinya terkenal sebagai G30S PKI.

Baca Juga: Kisah Sedih di Balik Kesuksesan Alfred Bernhard Nobel: Pacar Dihamili Orang, Mati Dalam Kesendirian

Tiga perwira menengah TNI menjadi kandidat utama pelaksana 'operasi terbatas' Aidit. Mereka adalah Kolonel Abdul Latief, Letkol Untung, dan Mayor Soejono.

Rapat persiapan berlangsung sampai sepuluh kali. Lokasinya berganti-ganti: rumah Syam, Kolonel Latief, atau kediaman Kapten Wahyudi.

Sasaran operasi terbatas PKI baru ditentukan pada 26 September 1965. Tim pelaksana menentukan ada 10 tokoh antikomunis yang harus "diamankan".

Baca Juga: Tragedi Kecelakaan Nike Ardilla: Cinta Segitiga, Konspirasi, Hingga Dugaan Keterlibatan Keluarga Cendana

Selain tujuh nama jenderal TNI Angkatan Darat yang sudah umum diketahui, Sjam mengusulkan penculikan mantan Wakil Presiden Mohammad Hatta, Wakil Perdana Menteri III Chairul Saleh, dan Jenderal Soekendro. Aidit yang mencoret tiga nama terakhir.

Kendati demikian, kudeta prematur ini gagal dan langsung bisa teredam setelah tujuh orang gugur. Setelah gerakan gagal, Syam kabur ke Jawa Barat.

Letkol Untung Disangka Copet


-
Penangkapan Letkol Untung Syamsuri yang terlibat peristiwa G30S PKI. (Foto/YouTube/wikipedia)

Karena pemberontakan gagal, Letkol Untung melarikan diri ke Jawa Tengah dengan bus malam. Sesampainya di Tegal, ternyata tentara tengah memeriksa semua angkutan yang lewat untuk mencari para buron pelaku G30S.

Baca Juga: Sejarah Sepak Bola Indonesia, Wadah Pergerakan Melawan Penjajah yang Pernah Dibekukan FIFA

Untung Syamsuri yang khawatir identitasnya terbongkar loncat dari bus itu dan kepalanya terbentur tiang telepon. Warga yang melihatnya langsung mengejar karena menyangka dirinya copet.

Warga memukuli sang Komandan Batalyon ini hingga babak belur sebelum mengaraknya ke kantor polisi.

Perwira peraih penghargaan Bintang Sakti dan punya pengalaman tempur yang luar biasa ini tak berdaya di tangan hansip dan warga yang menangkapnya.

Baca Juga: Titien Sumarni Si Ratu Layar Perak: Skandal Seks, Prostitusi Artis, Guna-Guna Lalu Wafat Dalam Kondisi Miskin

Warga tak percaya saat dia mengaku sebagai Komandan Batalyon 1 Tjakrabirawa, pasukan pengawal presiden yang bergengsi.

Sebab perawakan Untung tidak menyakinkan, tubuhnya agak gempal dan pendek tidak menunjukkan dirinya sebagai seorang komandan tentara.

Namun setelah pemeriksaan di markas Polisi Militer Tegal, barulah warga mengetahui bahwa pria yang disangka copet itu benar-benar Letkol Untung.

Baca Juga: Bing Slamet, Seniman Legendaris yang Pernah Jadi Agitator Incaran Tentara Jepang

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Rat Nugra

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X