Tunggul Wulung sendiri menolak anggapan bahwa ajarannya memecah belah.
“Aku tidak mengajak orang meninggalkan Jawanya. Aku mengajak orang menemukan terang di dalam hidupnya,” katanya dalam satu pengajaran terbuka.
Baca Juga: Nurnaningsih, Keturunan Keraton yang Jadi Bom Seks Pertama Era 1950-an, Masa Tua Miris Harta Habis
Di tengah dunia yang sering memaksakan satu wajah kebenaran, Tunggul Wulung mengajarkan bahwa jalan iman bisa beragam, asalkan tetap berpihak pada kemanusiaan.
Menjelang akhir hayatnya, ia disebut sempat berkata kepada murid-muridnya, “Jika kelak aku tiada, jangan bertanya siapa gurumu. Hidupmu sendirilah kesaksian iman itu.”***
Artikel Terkait
Presiden Pakistan Zia Ul Haq dan Memori Pertempuran 10 November 1945, dari Kaget Mendengar Adzan hingga Pimpin Pembelotan Pasukan Gurkha
Ledakan SMAN 72, Natural Selection, dan Ide Kekerasan Tanpa Motif yang Menular dari Eric Harris dan Dylan Klebold
Gatot Soebroto, Sang Penyelamat Karier Militer 'Monyet' Soeharto Akibat Kasus Beras
Hari Peringatan Korban Perang Kimia, Beragam Senjata Pemusnah Massal Mengerikan Zaman Kuno Hingga Modern
Dakota RI-001 Seulawah Cikal Bakal Garuda Indonesia, 'Burung Besi' yang Menetas dari Derma Tanpa Syarat Rakyat Aceh, Sempat Disewakan ke Burma
Ali Sadikin, Jenderal Marinir Bintang 4 Pertama di Indonesia: Arsitek Korps Marinir, Arsitek Pembangunan Jakarta yang Dicerca Ulama Gegara Judi