Leo menyebut briefing Omar Dhani terjadi setelah menerima laporan dari mantan Asisten Direktur Intelijen Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) Letkol Heru Atmodjo.
Leo mengatakan, Omar Dhani mengetahui tentang rencana Brigjen Soepardjo dan kawan-kawan untuk mencegah rapat Dewan Jenderal menjelang 5 Oktober 1965.
Harian Angkatan Bersenjata menulis, strategi yang sudah dipersiapkan antara lain menggagalkan pertemuan Dewan Jenderal yang rencananya dihelat di Puncak, Bogor pada 2 Oktober 1965.
Ihwal perintah Omar Dhani pada 1 Oktober tahun 1965, Leo menegaskan bahwa perintah harian itu dibuat sendiri oleh Omar Dhani usai bertemu dengan Mayor Sujono yang notabene bagian dari komplotan G30S PKI.
Baca Juga: Menyingkap Sejarah Richard Mille, Jam Tangan Ultra Mewah Milik Sahroni yang Sempat Dijarah Warga
Leo mengungkap, waktu itu ia mengoreksi tulisan Omar Dhani perihal adanya Dewan Jenderal dengan alasan bahwa Dewan Jenderal belum pasti.
Ia juga menyebut bahwa ketika Presiden Soekarno ada di Lanud Halim Perdanakusuma, berlangsung rapat di Rumah Komodor Susanto yang kemudian dibubarkan pada pukul 21.00 WIB sehubungan dengan kedatangan Ratna Sari Dewi, istri Bung Karno.
Menurut Leo, dalam rapat tersebut Omar Dhani telah memutuskan untuk menyiapkan dua pesawat. Satu Hercules untuk Presiden Soekarno dan satu pesawat lagi untuk DN Aidit yang katanya mau mengungsi karena Halim Perdanakusuma bakal diserang pasukan Kostrad.
"Saat itu disiapkan pula rencana mendatangkan pesawat bantuan dari pangkalan Abdurrahman Saleh Malang berupa pesawat-pesawat Mustang dan Bomber B2526, ujar Leo di persidangan.
Ternyata, Presiden Soekarno ternyata tidak jadi menggunakan Hercules dan berangkat menuju Bogor, Jawa Barat. Sedangkan Omar Dhani memerintahkan Leo untuk siap menerbangkan Hercules dengan tidak menentukan tujuannya.
Omar juga memerintahkan mengirim radiogram kepada Panglima Kostrad dan mengancam akan menyerang balas bila Halim diserang.
Setelah terbang beberapa jam, akhirnya pesawat Hercules itu didaratkan di Lanud Iswahyudi, Madiun, Jawa Timur.
"Demikian antara lain kesaksian Laksamana Muda Udara Leo Wattimena," tulis harian Angkatan Bersenjata dalam salah satu artikelnya yang terbit pada Kamis, 8 Desember 1966.
Artikel Terkait
Indonesia Pernah Hampir Punya Nuklir di Era Soekarno, Bikin Negara Tetangga Ketar-ketir
Cerita Tentang Laswi, dari Mangga Tuti Amir Hingga Duo Maung Bikang yang Doyan Penggal Kepala Musuh
Potret Buram Mayor Sabarudin, Tentara Psikopat Era Kemerdekaan yang Cuma Tunduk pada Tan Malaka
Menyingkap Sejarah Richard Mille, Jam Tangan Ultra Mewah Milik Sahroni yang Sempat Dijarah Warga
Pesawat, Fiat, Hingga Limousine dalam Pelarian dan Misi Terakhir Tokoh G30S PKI DN Aidit