Tapi dalam setiap gelombang krisis, nama anarko selalu hadir, baik sebagai inspirasi, kambing hitam, maupun simbol kemarahan yang tak bisa disalurkan lewat parlemen.
Jalanan jadi Panggung Sejarah
Dari Dresden 1849, Spanyol 1936, Jakarta 1998, hingga Bone 2025, jalanan terus menjadi panggung sejarah.
Kemarahan pada DPR, penjarahan rumah elit, tragedi rakyat kecil, hingga stigma anarko menunjukkan rapuhnya demokrasi Indonesia.
Seperti halnya Mikhail Bakunin yang menolak otoritas, rakyat pun menolak elite yang abai.***
Artikel Terkait
Ide Gila Jenderal Prof Moestopo, Bentuk Barisan Pelacur dan Maling Hancurkan Belanda di Era Revolusi Kemerdekaan
Cerita Tentang Laswi, dari Mangga Tuti Amir Hingga Duo Maung Bikang yang Doyan Penggal Kepala Musuh
Mengenang Sepak Terjang K'tut Tantri, Warga Amerika yang Berjuang di Pertempuran Surabaya 10 November 1945
Potret Buram Mayor Sabarudin, Tentara Psikopat Era Kemerdekaan yang Cuma Tunduk pada Tan Malaka