• Minggu, 21 Desember 2025

Mengenang Sepak Terjang K'tut Tantri, Warga Amerika yang Berjuang di Pertempuran Surabaya 10 November 1945

Photo Author
- Minggu, 24 Agustus 2025 | 09:15 WIB
Presiden Soekarno Bersama Muriel Stuart Walker alias Ni K’tut Tantri, warga Amerika kelahiran Skotlandia, Inggris Raya, yang ikut terlibat Pertempuran Surabaya. (Tangkapan Layar - Ist)
Presiden Soekarno Bersama Muriel Stuart Walker alias Ni K’tut Tantri, warga Amerika kelahiran Skotlandia, Inggris Raya, yang ikut terlibat Pertempuran Surabaya. (Tangkapan Layar - Ist)

Sri Bhagawan Shantika Buana, cucu Raja Anak Agung Gede, menceritakan, Tantri datang dengan mobilnya yang mogok karena kehabisan bensin. Kemudian ia meminta izin untuk menginap di sana.

“Setelah menginap beberapa hari dan ada kecocokan, lalu dia diangkat menjadi anak. Mungkin karena rasa kasihan dari kakek-nenek saya,” ujarnya.

Momen ini diabadikan Tantri di dalam buku otobografinya berjudul Revolt In Paradise atau Revolusi di Nusa Damai.

Baca Juga: Mengenal Riwu Ga si ‘Angalai' Soekarno: Terompet Proklamasi dan Paspampres Pertama Indonesia yang Terlupakan

"Kau kami namakan K'tut, yang dalam bahasa Bali berarti anak keempat. Segera akan kupanggil Pedanda. Menurut adat leluhur kami, kau akan kami beri nama lain, yang akan merupakan nama yang ditakdirkan untukmu," tuturnya menirukan perkataan ayah angkatnya, Raja Klungkung.

Belajar Budaya Bali dan Sempat Membangun Hotel

Selama tinggal di Puri Bangli itulah K’tut Tantri mempelajari adat dan istiadat masyarakat Bali. Di sinilah rasa kecintaannya terhadap alam budaya dan masyarakat Indonesia tumbuh.

Keberadaannya di Bangli belakangan terendus oleh Pemerintah Hindia Belanda hingga membuatnya terancam dideportasi.

Sikapnya yang hanya berkumpul bersama orang-orang pribumi sangat tak disukai Belanda. Terlebih ia suka berkeliling lingkungan dengan mengenakan pakaian adat Bali.

Tindakan Tantri mencintai bangsa Indonesia membuat Belanda marah bahkan sempat diancam dideportasi. Namun status kewarganegaraannya membuat Belanda berhitung dua kali untuk memulangkannya ke Amerika.

Mendapatkan berbagai hak istimewa karena tinggal di Puri sebagai Keluarga Kerajaan, Tantri lalu memutuskan angkat kaki dari Istana dan tinggal di tengah masyarakat Bali.

Baca Juga: Dentuman Hidup Ozzy Osbourne, Pangeran Kegelapan Pengusung Heavy Metal yang Ngerock Hingga Ajal

Pesisir Barat Pantai Kuta menjadi lokasi yang dipilih Tantri untuk tinggal menetap di Pulau Dewata.

Pengalamannya bermalam di Bali Hotel menginspirasinya membangun sebuah hotel yang menerima tamu dari berbagai bangsa pada 1936.

Hotel ini diberi nama Suara Segara dan sempat beroperasi beberapa tahun sebelum dihancurkan pada masa pendudukan Jepang.

Pada awal 1942, saat isu kedatangan pasukan Jepang mulai santer terdengar di kalangan masyarakat Bali, K’tut Tantri memutuskan pindah ke Surabaya, Jawa Timur.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Jimmy Radjah

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X