Sistem pengendalian nyamuk Aedes ini adalah dengan melakukan 3 pendekatan yang melingkupi ovitrap surveillance, socio-economic survey dan serological study. Sejak September 2018, pemasangan perangkap telur nyamuk (ovitrap) telah dilakukan di beberapa rumah penduduk dan juga area publik yang melingkupi kelurahan Sekejati, kota Bandung.
Baca Juga: Bikin Bangga, Lyodra Ginting Bakal Tampil di Ajang Asia Artist Awards 2022
Hal ini ditujukan untuk mengetahui distribusi nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus yang merupakan vektor dari penyakit DBD, melalui pengecekan keberadaan telur nyamuk dalam ovitrap tersebut. Data ini juga akan berguna sebagai acuan dalam menentukan tingkat serangan penyakit DBD.
Aedes adalah Nyamuk Paling Mematikan
Profesor Intan Ahmad Musmeinan, Guru Besar Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati ITB, merupakan salah satu leader dari kegiatan pengendalian nyamuk Aedes ini.
Baca Juga: Kabar Baik, Beasiswa 5.000 Doktor Luar Negeri Cair
Ia menyampaikan bahwa DBD merupakan salah satu masalah kesehatan yang signifikan di dunia, terutama di negara tropis.
“Nyamuk adalah hewan paling mematikan di dunia,” kata Intan.
Intan menyampaikan kasus DBD pertama kali ditemukan di Jakarta dan Surabaya pada tahun 1968. Kasus DBD semakin meningkat dari waktu ke waktu.
Baca Juga: Luar Biasa! Petenis Indonesia Aldila Sutjiadi Juarai Turnamen WTA 125
Artikel Terkait
5 Ciri Demam Berdarah pada Anak yang Wajib Diketahui
Mengenal Virus Zika dan Penyebabnya, Sering Disangka Demam Berdarah
Cara Mencegah Demam Berdarah: Lindungi Diri Anda dan Lingkungan
Bintik Merah di Kulit: Gejala Demam Berdarah atau Biang Keringat? Kenali Perbedaannya!
Mengapa Tidak Semua Nyamuk Aedes Aegypti Membawa Demam Berdarah? Ini Jawabannya!