• Minggu, 21 Desember 2025

Hebat, 2 Periset Indonesia Masuk Panel IPCC PBB, Garap Laporan Iklim Global untuk Tentukan Nasib Bumi di Masa Depan

Photo Author
- Jumat, 22 Agustus 2025 | 16:40 WIB
Website Intergovernmental Panel on Climate Change atau IPCC mengumumkan dua periset Indonesia akan terlibat penyusun Laporan Penilaian Ketujuh atau Seventh Assessment Report/AR7 pada pekan kemarin.
Website Intergovernmental Panel on Climate Change atau IPCC mengumumkan dua periset Indonesia akan terlibat penyusun Laporan Penilaian Ketujuh atau Seventh Assessment Report/AR7 pada pekan kemarin.

KONTEKS.CO.ID – Kualitas periset Indonesia memang tak kaleng-kaleng. Performa mereka diakui oleh dunia riset global.

Baru-baru ini, tersiar kabar 2 (dua) periset Tanah Air yang mengindik di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) resmi ditunjuk sebagai bagian dari tim global penyusun Laporan Penilaian Ketujuh (Seventh Assessment Report/AR7).

Kebenaran kabar itu dirilis secara resmi di web Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), pada Senin 18 Agustus 2025.

Baca Juga: Tim Robotika ITS Catat 16 Prestasi Mengagumkan di FIRA Roboworld Cup 2025 Korea Selatan

Mereka yang terlilih adalah periset Organisasi Riset Kebumian dan Maritim BRIN, yakni Edvin Aldrian (periset Pusat Riset Iklim dan Atmosfer) dan Intan Suci Nurhati (periset Pusat Riset Laut Dalam).

Sekadar mengingatkan, IPCC menyediakan laporan ilmiah paling bergengsi di dunia. Laporannya akan menjadi acuan utama dalam perundingan dan kebijakan iklim global mendatang.

IPCC sendiri merupakan badan bentukan Program Lingkungan PBB (UNEP) dan Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) sejak 1988. Lembaga ini menjadi otoritas ilmiah tertinggi dalam isu perubahan iklim.

Adapun Laporan AR7 yang akan disusun dari 2025 hingga 2028 akan menjadi fondasi ilmiah terbaru mengenai perubahan iklim global, dampaknya, serta strategi mitigasi dan adaptasi. Laporan ini akan menjadi acuan utama bagi para negosiator iklim internasional dan pembuat kebijakan di seluruh dunia.

Baca Juga: Bersenjatakan AI dan Machine Learning, Mahasiswa Unila Punya Solusi Pemberantasan Judol yang Tak Biasa

“Terlibat dalam IPCC bukan hanya pengalaman ilmiah, akan tetapi juga mengenai sebuah filosofis,” ungkap Intan.

Ia belajar bahwa inklusivitas itu penting. Yakni, mendengarkan pendapat yang beragam, meski prosesnya lebih panjang. “Hal itu guna menghasilkan keputusan bersama yang bisa dijalankan semua pihak,” tambahnya.

Intan dan Edvin akan berkontribusi dalam Working Group I (WGI), yang fokus pada dasar-dasar ilmiah fisik dari perubahan iklim.

Edvin, yang juga Wakil Ketua WGI, ditunjuk sebagai Review Editor untuk Bab 6, mengenai Proyeksi Global terhadap Respons Sistem Bumi dalam Berbagai Skala Waktu.

Baca Juga: Siswa Indonesia Borong 4 Medali di Ajang International Geography Olympiad 2025 di Thailand

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Iqbal Marsya

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X