KONTEKS.CO.ID - Presiden AS Donald Trump mengumumkan bahwa Amerika telah mencapai kesepakatan tarif baru dengan Indonesia.
Kesepakatan yang harus dibayar mahal oleh rakyat Indonesia. Di mana Trump menyebut AS mendapat akses ke pasar Indonesia tanpa membayar kompensasi apapun alias gratis!
Trump mengatakan, pihaknya telah setuju untuk menurunkan tarif yang ia ancamkan terhadap barang-barang yang masuk dari Indonesia ke AS menjadi 19% dari 32%.
Baca Juga: Salah Sasaran Bansos Capai 45 Persen, Gus Ipul Ungkap Efisiensi Bisa Hemat Rp127 Triliun
Penurunan itu dengan imbalan apa yang ia sebut "akses penuh" bagi perusahaan-perusahaan Amerika Serikat.
Ketentuan kesepakatan tersebut belum segera dikonfirmasi oleh negara Asia Tenggara tersebut, yang memiliki hubungan dagang kecil namun terus berkembang dengan AS.
Pakta ini merupakan yang terbaru setelah Gedung Putih mengumumkan serangkaian tarif pada musim semi ini. Hal itu memicu serangkaian perundingan perdagangan mengenai bea masuk tersebut oleh sejumlah negara.
Baca Juga: Apa yang Dibisikkan Macron ke Prabowo saat Makan Malam? Jawabannya Bikin Kaget!
Setelah menangguhkan rencana tarif paling agresifnya sejak awal tahun ini, Trump bulan ini memperbarui ancamannya. Ia mengirimkan surat peringatan kepada puluhan kepada negara sahabat, bahwa bermaksud akan mulai mengenakan tarif tingginya mulai 1 Agustus besok.
Targetnya mencakup semua mitra dagang terbesar Amerika, termasuk Uni Eropa, Kanada, Meksiko, Jepang, dan Korea Selatan.
Indonesia juga menerima surat dari Trump pada pekan lalu. Surat menguraikan rencana tarif 32% untuk barang-barangnya, yang dilaporkan membingungkan para pejabat Indonesia yang mengira kesepakatan sudah dekat.
Baca Juga: Duet Lanny-Fadia Libas Wakil Australia, Besok Siap Hadapi Jagoan Tuan Rumah di Japan Open 2025
"Saya telah menurunkan tarif tersebut setelah berbicara melalui telepon dengan Presiden Indonesia," kata Donald Trump, mengutip Rabu 16 Juli 2025.
Suami dari Melania Trump itu mengatakan, sebagai bagian dari kesepakatan tersebut, Indonesia telah setuju untuk menurunkan tarif perdagangannya untuk produk-produk dari AS. Tarif yang menurut Amerika Serikat terlalu tinggi untuk banyak produk pertanian serta barang-barang manufaktur tertentu.
"Mereka akan membayar 19% dan kami tidak akan membayar apa pun ... kami akan memiliki akses penuh ke Indonesia," tegasnya.
Baca Juga: Alasan Kejagung Belum Jadikan Nadiem Makarim Tersangka Dugaan Korupsi Laptop Chromebook
"Indonesia juga telah setuju untuk membeli energi AS senilai USD15 miliar, produk pertanian Amerika senilai USD4,5 miliar, dan 50 jet Boeing," tulisnya kemudian di media sosial miliknya sendiri, Truth.
Angka-angka tersebut lebih rendah daripada yang diuraikan dalam kesepakatan perdagangan yang dilaporkan Reuters pada awal bulan ini.
Indonesia menempati peringkat sebagai salah satu dari 25 mitra dagang utama Amerika. Jakarta mengirimkan sekitar barang impor senilai USD28 miliar ke AS tahun lalu, termasuk pakaian, alas kaki, dan minyak sawit.
Stephen Marks, profesor ekonomi di Pomona College di California, mengatakan, manfaat kesepakatan ini bagi Indonesia lebih bersifat politis daripada ekonomi.
Baca Juga: Penyidik Kejagung Menetapkan 4 Orang Tersangka Kasus Korupsi Pengadaan Laptop Chromebook, Nadiem Lolos!
"Tentu saja, (AS memang) memiliki beberapa kategori impor utama dari Indonesia - elektronik, pakaian jadi, alas kaki, produk minyak sawit yang digunakan dalam kosmetik," ujarnya.
"Dibandingkan dengan total perdagangan, AS merupakan importir signifikan dari Indonesia, meskipun tidak sebesar beberapa mitra dagangnya di Asia," katanya menganalisis.
Selain Indonesia, Pemerintah AS telah mengumumkan perjanjian hanya dengan Inggris, China, dan Vietnam. Dalam ketiga kasus tersebut, kesepakatan tetap mempertahankan tarif AS yang tinggi sementara isu dan ketentuan utama belum dikonfirmasi atau belum terselesaikan.
Everett Eissenstat, mitra di Squire Patton Boggs yang pernah menjabat sebagai penasihat ekonomi selama Pemerintahan Trump pertama, mengatakan, dirinya memperkirakan Gedung Putih akan mengumumkan lebih banyak kesepakatan dalam beberapa pekan mendatang.
Baca Juga: Jens Raven Borong 6 Gol saat Timnas Indonesia U-23 Lumat Brunei 8-0, Namanya Dielu-elukan di Media Sosial
Dia mencatat bahwa banyak negara tampaknya telah menurunkan ekspektasi mereka terhadap apa yang ingin mereka capai.
Ia merujuk pada komentar Perdana Menteri Kanada Mark Carney baru-baru ini pada hari Selasa kemarin, yang mengangkat kemungkinan negara tersebut akan menerima tarif pada tingkat yang dianggap tak terpikirkan sebelumnya.
"Nada bicaranya banyak berubah," ujarnya, seraya menambahkan bahwa ia berpikir kesepakatan lebih baik daripada tidak ada kesepakatan sama sekali.
"Bagi Gedung Putih, saya pikir yang terbaik adalah berada di meja perundingan daripada pergi begitu saja," katanya. ***
Artikel Terkait
Beda Sikap dengan Xi Jinping, Demi Tarif Trump Indonesia 'Obral' Kesepakatan yang Bikin AS Menang Banyak
Nissan Rugi Rp82,2 T, Bakal PHK 10 Ribu Karyawan di Seluruh Dunia, Imbas Tarif Trump dan BYD?
Wamenkeu Anggito Abimanyu Klaim Respons RI soal Tarif Trump Sangat Berani
Tarif Trump 32 Persen Jadi Peringatan bagi Indonesia untuk Meningkatkan Kemandirian
Terus Dibayangi Ancaman Tarif Trump, Indonesia Bidik Pasar Ikan dari Negara Lain