KONTEKS.CO.ID - Paus Leo mendesak Presiden Donald Trump agar tidak melancarkan perang dalam upayanya menggulingkan Presiden Venezuela, Nicolas Maduro.
"Lebih baik mencari cara dialog, atau mungkin tekanan, termasuk tekanan ekonomi," kata Paus Leo, mengutip Newsweek, Selasa 2 Desember 2025.
Ia menambahkan, dalam konferensi pers di Turki di akhir lawatan luar negeri pertamanya, Pemerintahan Trump seharusnya melakukan pergantian rezim dengan cara lain selain kekuatan militer.
Paus juga mengkritik sinyal-sinyal seputar krisis yang diberikan oleh Pemerintahan Trump. "Suara-suara yang datang dari Amerika Serikat, berubah dengan frekuensi tertentu," cetusnya.
Trump pada hari Sabtu mengumumkan wilayah udara di atas dan di sekitar Venezuela harus dianggap ditutup seluruhnya. Ini yang memicu spekulasi bahwa serangan militer akan segera terjadi.
Trump melancarkan kampanye melawan Maduro, dengan menyatakan pemimpin Venezuela tersebut memfasilitasi aliran narkoba ilegal, melalui kartel, ke AS.
Trump juga menyalahkan Maduro atas banyaknya migran Venezuela yang pergi ke AS dalam beberapa tahun terakhir. Mereka melarikan diri dari krisis ekonomi dan penindasan kelompok oposisi.
Ia telah mengizinkan beberapa serangan di Laut Karibia dan Samudra Pasifik bagian timur terhadap kapal-kapal kecil yang dituduh mengangkut narkoba.
Gedung Putih turut pengerahan pasukan angkatan laut AS di wilayah tersebut. Lebih dari 80 orang tewas dalam serangan semacam itu sejak awal September.
Maduro sendiri membantah sebagai pemimpin kartel. Setelah pengumuman wilayah udara Trump, Pemerintah Venezuela menuduhnya membuat "ancaman kolonial" dan berusaha merusak "integritas teritorial, keamanan penerbangan, dan kedaulatan penuh" negara tersebut.
Dalam kritik lebih lanjut yang tampak jelas terhadap Pemerintahan Trump, Leo, Paus pertama AS itu mengatakan, pesan dari pihak AS tidak jelas.