KONTEKS.CO.ID - Perundingan damai antara Pakistan dan Afghanistan berakhir tanpa kesepakatan, akhir pekan kemarin.
Kedua pihak saling menyalahkan atas kegagalan negosiasi yang bertujuan meredakan bentrokan di perbatasan dan menjaga gencatan senjata rapuh yang mulai goyah.
Pertemuan dua hari di Istanbul yang dimediasi Turki dan Qatar merupakan putaran ketiga diplomasi sejak Taliban berkuasa pada 2021.
Perundingan itu secara luas dipandang sebagai upaya penting untuk menghentikan kekerasan yang telah berlangsung selama beberapa pekan.
Diskusi menemui jalan buntu pada Jumat malam tanpa kemajuan nyata.
Juru bicara pemerintah Afghanistan, Zabiullah Mujahid, menuduh Pakistan mengajukan tuntutan yang tidak masuk akal.
Baca Juga: Mantan Presiden Prancis Sarkozy Bisa Bebas dari Penjara Setelah 20 Hari
Maka Afghanistan menilai perundingan tidak dapat dilanjutkan dan kini berada dalam kebuntuan.
Berbicara di Kandahar, Mujahid menegaskan Afghanistan tidak mencari konflik, tetapi jika perang pecah, mereka berhak membela diri.
Ia menegaskan kembali Afghanistan tidak akan mengizinkan siapa pun menggunakan wilayahnya untuk menyerang negara lain.
Baca Juga: KontraS Desak Polri Usut Pelaku Pembakaran Gedung ACC Tewaskan Farhan dan Reno
Pernyataan itu sekaligus menolak tuduhan lama Pakistan bahwa Kabul melindungi kelompok Tehreek-e-Taliban Pakistan (TTP).
Menteri Pertahanan Pakistan Khawaja Asif membenarkan kegagalan perundingan itu.
Artikel Terkait
Indonesia Jadi Teladan dalam Industri Sawit Berkelanjutan, Pakistan Diminta Ikuti Jejak
Taliban Afghanistan dan Pasukan Pakistan Baku Tembak di Perbatasan, Puluhan Tentara Tewas
Brutal! Militer Pakistan Tembak Demonstran Pro-Palestina: Jasad Puluhan Orang Tewas Dilempar Tentara ke Truk, Israel Jadi Biang Kerok
Presiden Pakistan Zia Ul Haq dan Memori Pertempuran 10 November 1945, dari Kaget Mendengar Adzan hingga Pimpin Pembelotan Pasukan Gurkha