Menurut sumber diplomatik, Trump juga mengaitkan gencatan senjata ini dengan kelanjutan negosiasi tarif impor antara Washington dan kedua negara.
Baca Juga: Sadis, Tukang Ojek Terbujur Kritis Dibacok Tiga Pemuda OTK di Kabupaten Deiyai
Saat ini, barang-barang asal Thailand dan Kamboja dikenakan bea masuk tinggi oleh AS, yakni sebesar 36%.
"Kami ingin melihat de-eskalasi segera. Jika tidak, konsekuensi ekonominya akan signifikan," ujar seorang pejabat Gedung Putih.
Prospek Gencatan Senjata
Baik Thailand maupun Kamboja secara terbuka menyatakan kesiapan mereka untuk memulai pembicaraan damai, meskipun belum ada tanda-tanda penghentian serangan di lapangan.
Tekanan dari komunitas internasional dan ancaman sanksi ekonomi tampaknya menjadi faktor yang mendorong kedua pihak menuju meja negosiasi.
Meski begitu, banyak pihak menilai bahwa mediasi dari negara ketiga seperti Amerika Serikat belum tentu cukup efektif tanpa adanya kesepakatan konkret di level militer masing-masing.
Konflik antara Thailand dan Kamboja ini kembali mengingatkan dunia bahwa sengketa wilayah, jika tidak diselesaikan secara diplomatik, dapat berubah menjadi tragedi kemanusiaan.
Situasi ini masih berkembang dan pantas untuk terus dipantau.***
Artikel Terkait
Shunsaku Tamiya, Pencipta Mobil Mini 4WD Tamiya, Meninggal di Usia 90 Tahun: Ternyata Sarjana Hukum, Bukan Teknik
Mencoba Mendarat, Pesawat Antonov-24 Rusia dengan 49 Penumpang Jatuh di Hutan Lebat
Penyebab Columbia University Bayar Rp3,6 T ke Trump Usai Demo Pro-Palestina
Mengaku sebagai Gangster Naveen Bali, Seorang Pria Ditangkap
Hari Ini, PM Thailand dan Kamboja Gelar Perundingan Damai di Malaysia Dimediasi Anwar Ibrahim