KONTEKS.CO.ID - Pemerintah Suriah membantah telah mengerahkan pasukan tambahan ke Provinsi Sweida, wilayah selatan yang kembali dilanda konflik antara komunitas Druze dan suku Bedouin.
Pernyataan ini disampaikan menyusul meningkatnya eskalasi kekerasan di kawasan, yang mendorong Israel meluncurkan serangan militer terhadap posisi-posisi Suriah, termasuk di sekitar istana presiden di Damaskus.
Juru Bicara Kementerian Dalam Negeri Suriah, Noureddin Al Baba, menegaskan bahwa pemerintah tidak mengambil langkah militer besar di Sweida, meski sempat ada wacana intervensi sebelum tercapainya gencatan senjata beberapa hari lalu.
“Pemerintah tidak bersiap untuk dikerahkan ke Provinsi Sweida,” ujar Baba dalam pernyataan resmi yang dikutip dari kantor berita Suriah pada Sabtu, 19 Juli 2025.
Sebelumnya, ketegangan meningkat akibat bentrokan antara kelompok bersenjata dari suku Bedouin dan komunitas minoritas Druze, yang menewaskan puluhan orang.
Gencatan senjata sempat dicapai melalui mediasi internasional yang melibatkan Amerika Serikat. Namun, kekerasan kembali pecah pada Kamis malam, memicu kekhawatiran akan pecahnya konflik berskala luas.
Situasi ini menarik intervensi dari Israel yang menyatakan keberatan terhadap potensi pengerahan militer Suriah ke Sweida.
Pemerintah Tel Aviv menyebut kelompok Islamis yang kini memegang kendali di Damaskus sebagai ancaman langsung, dan berjanji akan melindungi komunitas Druze di Suriah yang memiliki hubungan historis dengan minoritas Druze di Israel.
Militer Israel bahkan mengklaim telah melancarkan serangan ke sejumlah lokasi di Sweida dan Damaskus, termasuk markas militer Suriah dan bangunan Kementerian Pertahanan.
“Kami tidak akan membiarkan rezim Islamis menguasai selatan Suriah,” ujar seorang pejabat keamanan Israel yang tak disebutkan namanya kepada Haaretz, merujuk pada pemimpin baru Suriah, Ahmed Al Sharaa.
Baca Juga: Langkah 3 Wakil Indonesia Terhenti di Perempat Final Japan Open 2025, Habis Sudah Wakil Merah Putih!
Al Sharaa, yang sejak awal pemerintahannya mencoba menjalin hubungan lebih erat dengan Barat, menuduh Israel berupaya memecah belah negara dengan memanfaatkan konflik sektarian. Ia juga menyatakan komitmen untuk melindungi komunitas Druze dalam negeri.
“Israel mencoba mengeksploitasi kerentanan internal Suriah untuk kepentingan geopolitik mereka. Kami tidak akan membiarkan minoritas kami dijadikan alat permainan kekuatan asing,” tegas Al Sharaa dalam konferensi pers darurat di Damaskus.
Artikel Terkait
Timnas Indonesia U-20 Takluk dari Suriah di Mandiri Challenge Series 2025
Trump Umumkan Penghapusan Sanksi terhadap Suriah Pasca Kejatuhan Rezim Assad
Pledoi Hasto Kristiyanto: Sebut Penolakan Timnas Israel Jadi Awal Kriminalisasi
PT PAL Pamer Perangkat Lunak Sistem Manajemen Tempur Kapal Perang dan Penangkal Drone
Atlet Israel Daftar Ikut Kejuaraan Dunia Senam Artistik di Indonesia, tanpa Hubungan Diplomatik