• Minggu, 21 Desember 2025

Bikin Khawatir! Prevalensi HIV di Indonesia 1,96 Juta Orang, tapi yang Teridentifikasi Baru 564 Ribu ODHIV

Photo Author
- Rabu, 3 Desember 2025 | 13:50 WIB
Wamenkes Prof Dante mengungkapkan prevalensi HIV di Indonesia tinggi, tapi yang teridentifikasi hanya sedikit. (Foto: Channel 300)
Wamenkes Prof Dante mengungkapkan prevalensi HIV di Indonesia tinggi, tapi yang teridentifikasi hanya sedikit. (Foto: Channel 300)

KONTEKS.CO.ID – Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes), Prof Dante, mengungkapkan, prevalensi HIV di Indonesia diyakini mencapai 0,7% atau di kisaran 1,96 juta orang.

Tetapi cakupan identifikasinya baru mencapai 564.000 orang hidup dengan HIV (ODHIV) pada 2025. Kemenkes mencatat, sampai Oktober 2025 ada 385.472 orang (68%) telah mengetahui statusnya.

Kemudian 259.719 orang (67%) menjalani terapi antiretroviral, dan 144.747 orang (56%) yang telah diperiksa memperlihatkan supresi virus.

Baca Juga: Brisia Jodie dan Jonathan Alden Resmi Menikah di Katedral: Momen Janji Suci yang Bikin Haru Netizen

Prof Dante menjelaskan, capaian tersebut harus terus ditingkatkan untuk mengejar target Ending AIDS 2030 dengan Triple 95:95% mengetahui status, 95% menjalani pengobatan, dan 95% yang diobati mencapai supresi virus.

“Angka 0,7% bukan sekadar statistik, itu adalah manusia. Dari estimasi ratusan ribu orang yang hidup dengan HIV di Indonesia, baru dua pertiga yang terdiagnosis dan cuma sebagian yang mendapatkan pengobatan optimal. Kita harus bergerak lebih cepat,” kata Wamenkes, mengutip laman Kemenkes, Rabu 3 Desember 2025.

Ia menekankan perlunya penguatan peran fasilitas kesehatan, tenaga kesehatan, dan komunitas dalam memperluas akses layanan.

Baca Juga: Kajian Greenpeace dan Global Forest Watch Dukung Peringatan Keras Institut USBA: Bencana Sumatera Bisa Terjadi di Papua dan Lebih Parah!

Pihaknya juga mengapresiasi pemerintah daerah dan para mitra yang terus meningkatkan cakupan deteksi, pendampingan pasien, serta akses pengobatan yang kini semakin mudah dijangkau.

Terkait isu stigma, Dante menilai bahwa hambatan sosial masih menjadi tantangan besar bagi banyak orang untuk datang ke fasilitas kesehatan.

“Stigma adalah salah satu disrupsi terbesar dalam penanggulangan HIV. Banyak yang takut datang ke layanan lantaran khawatir diketahui lingkungan atau tempat kerja,” sebutnya.

Baca Juga: Pemerintah Panggil Perusahaan Diduga Penyebab Banjir Aceh-Sumatra, Astra, Agincourt, dan Tanoto?

“Stigma harus kita ubah. Penanggulangan HIV hanya bisa berhasil bila masyarakat menerima, mendukung, dan memastikan tidak ada satupun yang tertinggal,” tambahnya.

Ke depan, pemerintah akan memperkuat surveilans, memastikan ketersediaan obat yang lebih kuat dan stabil, serta meningkatkan promosi kesehatan yang komprehensif berbasis komunitas.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Iqbal Marsya

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X