• Senin, 22 Desember 2025

Jumlah Orang dengan HIV di Tahun 2025 Tembus 564 Ribu, Terkonsentrasi di 11 Provinsi Termasuk Jakarta!

Photo Author
- Minggu, 22 Juni 2025 | 22:17 WIB
Jumlah orang dengan HIV atau ODHIV di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan. Salah satunya terkonsentrasi di Jakarta. (Kemenkes)
Jumlah orang dengan HIV atau ODHIV di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan. Salah satunya terkonsentrasi di Jakarta. (Kemenkes)


KONTEKS.CO.ID - Masyarakat diharapkan lebih peduli dengan penularan virus mematikan yang hingga saat ini belum ada obatnya, HIV atau Human Immunodeficiency Virus.

Mengutip data terbaru, Indonesia menempati peringkat ke-14 dunia dalam jumlah orang dengan HIV (ODHIV). Indonesia juga menempati peringkat ke-9 untuk infeksi baru HIV. 

Diperkirakan terdapat sekitar 564.000 ODHIV pada tahun 2025, tapi baru 63% yang mengetahui statusnya. Dari jumlah tersebut, 67% telah menjalani terapi antiretroviral (ARV), dan hanya 55% yang mencapai viral load tersupresi artinya virus tidak terdeteksi dan risiko penularan sangat rendah.

Baca Juga: Realme C71 NFC: Smartphone Terjangkau dengan Fitur Lengkap

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menegaskan kembali komitmennya untuk mengeliminasi HIV dan Infeksi Menular Seksual (IMS) pada tahun 2030. 

Kasus HIV Dipicu Penyimpangan Seks

Disebutkan, edukasi, deteksi dini, dan pengobatan menjadi kunci dalam mencapai target ini, terutama mengingat tingginya beban kasus yang masih dihadapi Indonesia.

Direktur Penyakit Menular Kementerian Kesehatan, Ina Agustina, menyampaikan bahwa 76% kasus HIV di Indonesia terkonsentrasi di 11 provinsi prioritas, yakni: DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatera Utara, Bali, Papua, Papua Tengah, Sulawesi Selatan, Banten, dan Kepulauan Riau.

Baca Juga: Program Makan Bergizi Gratis Serap Lebih dari 70 Ribu Lapangan Kerja, Berikut Perinciannya

“Penyebaran kasus HIV secara nasional banyak terjadi di populasi kunci seperti laki-laki seks dengan laki-laki (LSL), waria, pekerja seks perempuan, dan pengguna napza suntik. Tapi di Papua, penularan sudah menyebar ke populasi umum, dengan prevalensi mencapai 2,3%,” kata Ina di Jakarta, mengutip Minggu 22 Juni 2025.

Ia menurukan, dalam tiga tahun terakhir, positivity rate HIV cenderung stagnan. Tetapi kasus IMS justru meningkat, termasuk di kelompok usia muda. 

Data Kemenkes mencatat 23.347 kasus sifilis pada tahun lalu, mayoritas merupakan sifilis dini (19.904 kasus), dan 77 di antaranya adalah sifilis kongenital, yang menular dari ibu ke bayi. Gonore juga tercatat tinggi dengan 10.506 kasus, terutama di DKI Jakarta.

Baca Juga: Jemaah Haji Wafat Dapat Asuransi Kematian, Begini Syarat dan Cara Ahli Waris Ajukan Klaim

“IMS bukan hanya masalah kesehatan pribadi, ini masalah kesehatan masyarakat. IMS membuka pintu bagi penularan HIV, dan kasus terbanyak terjadi di usia produktif 25-49 tahun, bahkan kini mulai meningkat pada usia remaja 15-19 tahun,” ungkap Ina.

Lebih lanjut dijelaskan, infeksi Human Papillomavirus (HPV) salah satu IMS yang dapat memicu kanker serviks masih menjadi ancaman serius bagi perempuan, khususnya jika tidak terdeteksi sejak dini.

Sementara itu, Hanny Nilasari dari Departemen Dermatologi dan Venereologi FKUI-RSCM, menegaskan perlunya edukasi kesehatan reproduksi yang menyeluruh. 

Menurut dia, IMS dan infeksi saluran reproduksi (ISR) sering kali tidak bergejala. Khususnya pada perempuan, sehingga kerap terlambat ditangani.

Baca Juga: Hoaks Bank Indonesia Siapkan Uang Edisi Khusus HUT Ke-80 RI

Jika tidak ditangani dengan tepat, IMS bisa menyebabkan komplikasi seperti radang panggul, kehamilan ektopik, bahkan infertilitas. 

"Bayi yang dilahirkan dari ibu dengan IMS juga berisiko mengalami kematian neonatal, berat lahir rendah, atau lahir prematur," katanya mengingatkan.

Gejala IMS yang Perlu Anda Ketahui

Ia menegaskan pentingnya skrining rutin dan perilaku seksual yang aman. “Tren kejadian IMS dari tahun ke tahun terus meningkat, dan usia penderita makin muda. Sudah banyak kasus IMS maupun kehamilan tidak diinginkan pada remaja, dan ini mendorong tingginya angka aborsi,” pinta Hanny.

Baca Juga: Preview Juventus Vs Wydad Casablanca, Bianconeri Siap Amankan Tiket 16 Besar

Gejala IMS dapat berupa luka atau lenting di area kelamin, cairan abnormal dari vagina atau penis, gatal atau nyeri saat buang air kecil, pembengkakan kelenjar di lipat paha, dan ruam di kulit. 

Penularan dapat terjadi melalui hubungan seksual (oral, vaginal, anal), pertukaran cairan tubuh, hingga dari ibu ke anak saat kehamilan atau menyusui.

Kemenkes terus memperluas akses layanan untuk mencapai target eliminasi HIV dan IMS. Target utama adalah mencapai 95-95-95 pada 2030, yaitu 95% ODHIV mengetahui statusnya, 95% dari mereka menjalani pengobatan, dan 95% dari yang diobati mencapai supresi virus.

Selain itu, pemerintah juga menargetkan eliminasi sifilis dan gonore hingga 90%, serta mendorong triple elimination HIV, sifilis, dan hepatitis B dari ibu ke anak.

Baca Juga: Tak Banyak Orang Tahu, Iran Punya Pesawat Mata-Mata AWACS tapi Tak Digunakan Melawan Israel dan AS

Hingga saat ini, layanan tes HIV tersedia di 514 kabupaten/kota, layanan IMS di 504 kabupaten/kota, dan tes viral load di 192 kabupaten/kota. 

Kampanye pencegahan juga terus digalakkan melalui pendekatan “ABCDE”: Abstinence (tidak berhubungan seksual sebelum menikah), Be faithful (setia pada satu pasangan), Condom (penggunaan kondom untuk kelompok berisiko), Drugs (tidak menggunakan narkoba), dan Education (edukasi dan peningkatan kesadaran). ***

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Iqbal Marsya

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X