Laporan tersebut juga mendokumentasikan meningkatnya “konvergensi spesies”, dengan hampir satu dari lima kasus perdagangan harimau paling umum adalah macan tutul, beruang, dan trenggiling.
Pola konsumsi sangat berbeda menurut wilayah. Di Meksiko dan Amerika Serikat, permintaan cenderung pada harimau hidup yang sering dipelihara sebagai hewan eksotis.
Baca Juga: Ribuan Penyuluh KB Bakal Dapat Motor Baru, Prabowo Dorong Percepat Program Keluarga
Eropa menunjukkan pasar lebih kuat untuk produk turunan harimau yang digunakan dalam beberapa pengobatan tradisional dan taksidermi sebagai dekorasi.
Awal tahun ini, polisi Spanyol menangkap dua orang yang diduga menjual kucing eksotis itu secara daring, termasuk spesies dilindungi seperti harimau putih dan puma.
Di seluruh Asia, permintaan meliputi kulit, tulang, cakar, dan bangkai utuh untuk fesyen dan pengobatan tradisional.
Baca Juga: Ingin Kesejahteraan Atlet Jadi Prioritas, Ini 3 Arahan Penting Prabowo ke Erick Thohir
Menurut WWF, tulang harimau “digunakan dalam pengobatan tradisional atau direbus menjadi lem tulang harimau atau direndam dalam anggur; kulitnya digunakan sebagai permadani atau pakaian; gigi dan cakarnya dibuat menjadi pernak-pernik dan azimat; dagingnya dikonsumsi; bahkan kumisnya sangat bernilai di pasar ilegal.”
Laporan tersebut mengatakan investigasi tidak boleh berhenti pada titik penyitaan.
Disebutkan kerja sama internasional yang kuat sangat penting, dan bahwa penggagalan jaringan kejahatan terorganisir di sepanjang rantai perdagangan ilegal melalui penegakan berbasis intelijen dan multi-lembaga adalah hal krusial.
Baca Juga: Fakta Menarik 'My Favorite Employee': Drama Kantoran Siap Bikin Baper 2026, Dibintangi Member ITZY!
Leigh Henry, direktur konservasi satwa liar WWF, mengatakan kepada Associated Press bahwa lonjakan perdagangan harimau utuh menegaskan “peran menonjol fasilitas penangkaran harimau dalam memasok dan mempertahankan perdagangan ilegal.”
“Perdagangan ilegal tetap menjadi ancaman paling langsung bagi harimau liar. Jika kita tidak segera meningkatkan investasi untuk memerangi perdagangan harimau, kita benar-benar menghadapi kemungkinan dunia tanpa harimau liar,” katanya.
Menurut WWF, pemburu sering memasang jerat di habitat harimau, tetapi apa pun bisa terperangkap, termasuk harimau, mangsanya, atau satwa lainnya.
Baca Juga: Malaysia Resmi Larang Media Sosial untuk Anak di Bawah 16 Tahun Mulai 2026, Indonesia Kapan?
Artikel Terkait
Fakta Harimau Sumatra di Kebun Binatang Perth, Eutanasia Jadi Jalan Keluar
Kebun Binatang China Buka Lowongan Pemberi Makan Harimau Bergaji Rp116 Juta Sebulan, Tertarik?
Pramono Anung Bantah Ada Harimau Kurus dan Kelaparan di Ragunan: Saya Tak Habis Pikir
Respons Video Viral Harimau Kurus, Pramono Anung: Orang Tidak Senang Ragunan Diperbaiki
Anak Harimau Sumatra Terjebak Perangkap Babi di Agam, Begini Kondisinya