Benowo terlihat memberi penegasan halus ke arah tertentu. Ia bahkan menyampaikan peringatan bernada filosofi kepada pihak yang belum siap memikul gelar tersebut.
“Kalau masih ada yang menolak karena ada yang lain ikut jumeneng, ya silakan saja. Kita hanya memperhatikan, kuat jalan atau tidak. Kalau tidak kuat bisa sakit, kalau tidak ya mati,” katanya.
Ia menutup dengan refleksi yang membuka mata banyak orang bahwa jabatan raja tidak selalu manis.
“Apa benar menjadi raja itu enak? Terhormat, dihargai, dipuji? Semua mudah dicari, termasuk pinjaman?” ujarnya, menyisakan pesan ironi yang dalam.***
Artikel Terkait
Sejarah Raja Solo dari Masa ke Masa, Berakhirnya PB XIII dan Lahirnya Sang Raja Muda PB XIV
PB XIV Siap Dinobatkan, Jumenengan Keraton Jadi Sorotan: Ini Jadwal dan Prosesi Penobatan
Rapat Suksesi Keraton Surakarta Memanas: Pelantikan KGPH Mangkubumi hingga Penobatan PB XIV Picu Perdebatan
Suksesi Keraton Solo: Dari PB XIII ke PB XIV, Konflik Dualisme Tahta dan Legitimasi yang Menjadi Sorotan
Kronologi dan Awal Konflik: Pengukuhan Putra Mahkota hingga Perebutan Takhta PB XIV di Keraton Solo
Jadwal dan Rute Kirab Jumenengan PB XIV Gusti Purbaya: Ikuti Prosesi Sakral Keraton Solo 15 November 2025