• Senin, 22 Desember 2025

Golkar: Protes ke Bahlil Soal Tambang Nikel di Raja Ampat Salah Sasaran, Serangan Balik Pihak yang Dirugikan

Photo Author
- Minggu, 8 Juni 2025 | 17:42 WIB
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia disebut diserang balik soal tambang nikel di Raja Ampat, Golkar sebut serangan balik
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia disebut diserang balik soal tambang nikel di Raja Ampat, Golkar sebut serangan balik

Klaim Tidak Ada Masalah dan Tunggu Evaluasi

Bahlil didampingi oleh Direktur Jenderal Mineral dan Batubara (Dirjen Minerba) Kementerian ESDM, Tri Winarno.

Tri mengatakan bahwa dari hasil peninjauan awal, belum ditemukan indikasi gangguan lingkungan yang serius di area operasi tambang.

“Kita lihat juga dari atas tadi bahwa sedimentasi di area pesisir juga tidak ada. Jadi overall ini sebetulnya tambang ini nggak ada masalah,” ujar Tri.

Namun demikian, pihak Kementerian tetap menurunkan tim Inspektur Tambang untuk melakukan inspeksi mendalam di seluruh Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP) di kawasan tersebut.

Baca Juga: Bambang Raya Jadi Tersangka Pelanggaran Asusila, Partai Hanura: Kami Bela Ketua DPD Jateng

Hasil inspeksi ini nantinya akan menjadi dasar bagi Kementerian ESDM untuk menentukan langkah selanjutnya.

“Kalau secara keseluruhan, reklamasi di sini cukup bagus juga. Tapi tetap, kami tunggu laporan resmi dari Inspektur Tambang dan hasil evaluasinya, baru nanti kami eksekusi keputusan seperti apa,” lanjut Tri.

Kunjungan Menteri Bahlil Lahadalia ke Raja Ampat, Papua Barat Daya, disambut aksi protes dari warga dan aktivis lingkungan.

Mereka menolak keberadaan tambang nikel yang dianggap merusak ekosistem laut dan mengancam masa depan masyarakat adat di kawasan konservasi tersebut.

Di Bandara Marinda, Waisai, puluhan massa yang terdiri dari pemuda adat, tokoh masyarakat, mahasiswa, dan perwakilan lembaga masyarakat sipil sudah berkumpul.

Mereka membentangkan spanduk bertuliskan “Tolak Tambang di Raja Ampat”, “Selamatkan Hutan dan Laut Kami”, serta meneriakkan yel-yel penolakan terhadap aktivitas pertambangan nikel.

“Kami datang bukan untuk membuat keributan. Kami datang karena hutan kami dihancurkan, laut kami tercemar, dan suara masyarakat adat diabaikan,” kata Arnold Kawei, pemuda adat dari Kampung Salio, saat ditemui di lokasi aksi.

Protes ini merupakan lanjutan dari gelombang penolakan tambang nikel yang telah berlangsung selama berbulan-bulan, terutama sejak aktivitas pertambangan mulai dilakukan di Pulau Manyaifun dan Batang Pele.

Berbagai kelompok masyarakat, termasuk Suku Maya, Kawei, dan Betew telah menyatakan sikap resmi menolak tambang di wilayah adat mereka.***

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Lopi Kasim

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X