KONTEKS.CO.ID - PT Bio Farma resmi memperoleh izin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk produk radiofarmaka 18-F Fluorodeoxyglucose (FDG) dengan merek dagang FloDeg, yang digunakan sebagai pendukung diagnostik kanker melalui teknologi PET-Scan (Positron Emission Tomography).
Izin edar tersebut diterbitkan BPOM pada Senin, 19 Mei 2025, dan menjadi tonggak penting dalam pengembangan kedokteran nuklir di Indonesia.
Kepala BPOM Taruna Ikrar menyatakan bahwa radiofarmaka merupakan inovasi yang menjanjikan dalam menghadapi tantangan penyakit kronis, terutama kanker.
Baca Juga: Jokowi Tenteng Map Diduga Berisi Ijazah Usai Pemeriksaan di Barekrim Polri, Logo UGM Sudah Memudar
“Radiofarmaka merupakan produk inovatif yang memungkinkan deteksi kanker secara lebih akurat, cepat, dan minim invasif. Produk ini akan menjadi pelengkap alternatif terhadap terapi konvensional seperti kemoterapi dan radioterapi,” ujar Taruna dalam siaran pers yang dikutip pada Selasa, 20 Mei 2025.
Perkuat Kemandirian Teknologi Radiofarmasi
Direktur Pengembangan Usaha Bio Farma Yuliana Indriati menegaskan bahwa peluncuran FloDeg menunjukkan komitmen Bio Farma untuk mendorong kemandirian Indonesia dalam teknologi radiofarmasi, yang selama ini sangat bergantung pada impor.
“Penerbitan izin edar untuk FloDeg menjadi langkah strategis dalam menjadikan Indonesia lebih mandiri di bidang kedokteran nuklir. Ini juga akan memperluas akses terhadap layanan onkologi modern di berbagai wilayah,” kata Yuliana.
Baca Juga: Menkeu Sri Mulyani: Efisiensi Anggaran Akan Terus Dilakukan di APBN 2026
FloDeg akan diproduksi dari fasilitas khusus milik Bio Farma di Cikarang, yang telah memenuhi standar Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dan keselamatan radiasi dari Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten).
Distribusi Nasional dan Sistem Pemesanan Digital
Bio Farma memastikan bahwa distribusi FDG akan mencakup rumah sakit rujukan nasional dan berbagai fasilitas onkologi di Indonesia. Untuk mempercepat layanan, perusahaan juga mengembangkan sistem pemesanan digital berbasis Ordering Management System (OMS), yang memungkinkan rumah sakit dan fasilitas medis melakukan pemesanan secara daring.
“Langkah ini bukan hanya menghadirkan produk berkualitas tinggi, tetapi juga mempermudah akses dan distribusi. OMS akan menjadi solusi praktis dan efisien dalam pengiriman radiofarmaka ke rumah sakit di seluruh Indonesia,” terang Yuliana.
Baca Juga: Bareskrim Buru Anggota Aktif Grup Fantasi Sedarah dan Suka Duka di Facebook
Sebagai bagian dari ekosistem bioekonomi strategis nasional, Bio Farma menargetkan pengembangan lebih lanjut di sektor radiofarmasi, termasuk riset lanjutan untuk deteksi dini penyakit-penyakit kronis lain di luar kanker.
“Ke depan, kami akan terus berinovasi dan memperkuat rantai pasok serta ekosistem teknologi tinggi di bidang radiofarmasi, guna menjadikan Indonesia pemain utama di sektor biohealth ASEAN,” pungkas Yuliana. ***
Artikel Terkait
Dorong Hilirisasi Obat Herbal, Kementan dan BPOM Targetkan Sumbangan Rp300 Triliun ke Ekonomi
Daftar 9 Jajanan Anak Label Halal Tapi Mengandung Babi Menurut KPAI, BPOM dan BPJPH
Hati-Hati! Ini Daftar Produk Kosmetik Pria yang Dilarang BPOM Per Mei 2025
BPOM Resmi Izinkan Uji Klinis Fase 3 Vaksin TBC Bill Gates, Ini Efek Sampingnya
Cek BPOM Kosmetik dan Skincare: Cara Mudah Pastikan Produk Aman