KONTEKS.CO.ID - Harga narkoba yang jauh lebih tinggi dibandingkan kota-kota besar dunia disebut menjadi salah satu faktor yang membuat Bali terus dibidik jaringan perdagangan internasional.
Kokain, misalnya, bisa dijual seharga 200-500 poundsterling atau sekitar Rp4-11 juta per gram di Bali, sementara di London hanya 50 paun (Rp1,1 juta) per gram atau sekitar 70 euro (Rp1,3 juta) di Dublin.
Perbedaan harga itu membuat marjin keuntungan para pengedar melonjak drastis.
Baca Juga: Dewi Astutik Alias Paryatin Diciduk, BNN Ungkap Modus Rekrut WNI Jadi Kurir Narkoba Lintas Negara
Seorang kurir narkoba dapat meraup hingga 50 ribu paun (sekitar Rp1,1 miliar) di Bali, jauh di atas potensi keuntungan di London yang hanya sekitar 6.000 paun (sekitar Rp132 juta) atau 6.800 euro (sekitar Rp131,9 juta) di Amsterdam.
Tidak heran bila BNN menyebut Bali kini menjadi salah satu destinasi favorit sindikat global.
Mereka memanfaatkan keramaian wisatawan dan kemampuan membaur di antara komunitas ekspatriat serta wisatawan muda yang berlibur di kawasan tersebut.
Fenomena ini menjadi kerja berat buat BNN Bali yang dipimpin Brigjen Rudy Ahmad Sudrajat.
“Sindikasi kejahatan internasional menggunakan mata uang kripto dan teknologi blockchain untuk perdagangan narkoba di Bali,” ujar BNN dalam keterangan tertulis, beberapa waktu lalu.
“Mereka melakukan transaksi keuangan anonim melalui teknologi itu. Kartel-kartel ini menargetkan populasi pengunjung muda dan berduit di Bali.”
Seiring meningkatnya kasus penyelundupan, aparat terus memperketat pengawasan di pintu masuk pulau tersebut.
Salah satu operasi terbaru melibatkan tersangka Kial Garth Robinson dan Piran Ezra Wilkinson, keduanya warga negara Inggris, yang ditangkap terkait penyelundupan 1,3 kilogram kokain.