KONTEKS.CO.ID - Penipuan asmara atau love scam kini menjadi salah satu bentuk kejahatan digital yang semakin marak terjadi.
Kemarakan ini tak hanya di luar negeri, tetapi juga di Indonesia dan ini harus menjadi kewaspdaan.
Modus ini pastinya menargetkan korban melalui hubungan emosional palsu, sehingga terbangun rasa keterikatan, apalagi jika foto atau video yang ditampilkan tampak memikat.
Padahal tujuan akhirnya adalah merampas data pribadi, uang, atau bahkan memeras secara psikologis.
Baca Juga: Polisi Grebek Sindikat Love Scam di Bali, Ada 38 Orang Ditangkap
Cinta di Balik Layar, Jerat di Balik Kata
Love scam adalah kejahatan siber yang memanfaatkan tipu daya percintaan melalui dunia maya.
Pelaku biasanya menciptakan identitas palsu, baik sebagai pria atau wanita.
Setelah itu membangun hubungan emosional dengan korban melalui media sosial, aplikasi kencan, atau platform pesan instan misalnya Telegram dan WhatsApp.
Korban yang telah jatuh hati kemudian diarahkan untuk memberikan informasi pribadi, uang, atau bahkan akses ke sistem keuangan.
Banyak dari korban bahkan tidak menyadari mereka sedang dimanipulasi, karena pelaku kerap memainkan emosi dan kepercayaan secara halus dan sistematis.
Baca Juga: Love Scam: Waspadai Penipuan Cinta Online yang Merugikan
Modus Global, Jejak Digital Lintas Negara
Banyak sindikat love scam beroperasi lintas negara.
Beberapa kasus terbaru mengungkapkan pusat kendali aksi ini berada di negara-negara seperti Kamboja, Myanmar, dan Filipina.
Sementara pelaksana teknisnya tersebar di negara lain, termasuk Indonesia.