Karl Marx menilai kelas pekerja harus merebut negara melalui "kediktatoran proletariat".
Mikhail Bakunin menolak. Dia bilang bahwa sosialisme tanpa kebebasan adalah perbudakan dan kebrutalan.
Perselisihan ini memecah Internasional Pertama (IWA) pada 1872.
Polemik itu tak pernah selesai. Bahkan, kisah tragis menimpa pengikut Karl Marx sendiri yaitu Nikolai Bukharin.
Setelah berpolemik dengan Stalin, ia dituduh berkhianat dalam persidangan sandiwara 1938.
Nikolai Bukharin dieksekusi, tapi surat terakhirnya kepada istrinya, Anna, menyimpan ironii.
"Jangan merasa jahat tentang apa pun. Ingat, tujuan besar Uni Soviet terus hidup. Nasib pribadi bersifat sementara jika dibandingkan,” tulisnya.
Sejarah anarkisme, antara harapan, pemberontakan, dan tragedi, menjadi latar yang kelak juga bergaung di tanah jajahan Belanda, Hindia Timur.
Baca Juga: Sejarah Gelar Haji: Cuma Ada di Indonesia, Awalnya Taktik Kolonial Belanda Redam Perlawanan
Jejak Anarkisme di Hindia Belanda
Benih perlawanan terhadap otoritas sudah tumbuh sejak awal abad ke-20.
Kritik tajam terhadap kolonialisme muncul lewat novel Eduard Douwes Dekker alias Multatuli dengan Max Havelaar (1860).
Tulisan itu memantik perlawanan kaum bumiputrea.
Menurut Bima Satria Putra dalam Perang yang Tidak Akan Kita Menangkan: Anarkisme dan Sindikalisme dalam Pergerakan Kolonial (2016), anarkisme masuk Hindia Belanda lewat sindikat buruh kereta api VSTP dan organisasi kiri seperti ISDV (1914).