Baca Juga: Bang Pi'ie Jawara Pasar Senen: Pejuang Kemerdekaan 1945 yang Jadi Pengendali Bandit Jakarta, Menteri di Era Soekarno, Tolak Kenaikan Pangkat dari Soeharto
Korban berikutnya adalah Jayadi, 27 tahun asal Kediri, yang mengalami nasib serupa pada Juni 1961. Mayatnya dibuang ke Sungai Brantas, Dari Jayadi, Oesin merampas uang Rp15.000 dan emas seberat 50 gram.
Masih di tahun yang sama, Oesin menghabisi warga Jombang bernama Siram. Dari jasad Siram, Oesin merampas uang Rp47.000, sepeda merek Gazelle, dan sebuah jam tangan.
Daftar korban pada tiga tahun berikutnya semakin panjang. Sebagian besar jasad berakhir di dasar sungai. Jika ia membunuh jauh dari sungai, Oesin membuang mayat di selokan atau tumpukan sampah. Salah satunya adalah Jazid bin Mari yang dibunuh pada 1963. Karena terjadi pada musim hujan, mayat Jazid ditaruh dalam tumpukan sampah yang dipenuhi air dan dibebani dumbel seberat 40 kg agar tidak muncul ke permukaan.
Pesan Terakhir Oesin Batfri: Jaga Adik Saya
Oesin Batfari mulai menjalani persidangan dan Pengadilan Negeri Surabaya menjatuhkan vonis mati pada 1967. Sepuluh tahun setelah hakim menjatuhkan vonis mati, Oesin sempat mengajukan permohonan pengampunan atau grasi kepada Presiden Soeharto, tetapi ditolak.
Sebelas tahun setelah vonis mati hakim, pada 11 September 1978 Oesin menjalani eksekusi hukuman mati. Polisi dan sipir penjara membawanya dari Penjara Kalisosok ke Pantai Kenjeran Surabaya. Di pantai yang sepi itu, dsatu regu tembak dari Provos Komando Daerah Kepolisian 10 Jawa Timur sudah menunggu.
Petugas enggiring Oesin ke tiang eksekusi dan mengikat tangannya ke belakang menempel pada tiang kayu. Seorang tokoh agama mendekatinya untuk menuntunnya berdoa. Oesin diminta memohon ampun atas segala dosa yang telah dilakukannya. Dalam doa terakhirnya, Oesin menyampaikan pesan, “Tolong dijaga adik saya, Mama.”
Baca Juga: Benny Moerdani, Raja Intel 'Anti Islam' yang Pernah Bantu Taliban, Saat Meninggal Sempat Dikafani dan Dibacakan Yasin
Setelah selesai, jaksa penuntut umum memberi tanda, dan kain hitam terpasang menutup mata Oesin. Beberapa detik kemudian, rentetan tembakan terdengar. Timah panas menembus tubuh Oesin tepat di jantungnya hingga ia terkulai di tiang kayu.
Menjelang subuh, dokter menyatakan Oesin telah meninggal dunia. Jasadnya kemudian dibawa dengan ambulans ke rumah sakit untuk diotopsi, sebelum akhirnya dimakamkan di pemakaman umum di kawasan Gubeng, Surabaya.
Penulis naskah dan riset data: Agnes Joana Gunawan, Aleeshya Ludwina Poetri Radjah, Kiara Sunarto - siswi kelas XII Bahasa SMA Santa Ursula Jakarta.
Editor: Jimmy Radjah
Artikel Terkait
Ketahuan Korupsi, Cina Hukum Mati Mantan Menteri Kehakiman
Stafsus Presiden Minta Suap, Koruptor Militer AS Tertangkap dan Cina Hukum Mati Koruptor
Polemik Hukum Mati Ferdy Sambo, Hakim Bisa Vonis Lebih Berat dari JPU
Sadis, Pangeran MBS Hukum Mati 3 Warga Penentang Proyek Kota Pintar NEOM
China Ancam Hukum Mati Pemimpin Taiwan Keras Kepala