• Minggu, 21 Desember 2025

Nilai Tukar Rupiah Hari Ini Menguat Tajam! Apa yang Membuat Dolar AS Tersungkur dan Rupiah Tiba-tiba Perkasa?

Photo Author
- Kamis, 6 November 2025 | 11:35 WIB
Ilustrasi uang rupiah. (canva.com)
Ilustrasi uang rupiah. (canva.com)

KONTEKS.CO.ID - Nilai tukar rupiah hari ini kembali menunjukkan ketangguhannya di hadapan dolar Amerika Serikat (AS).

Pada Kamis, 6 November 2025 pukul 09.06 WIB, data Bloomberg mencatat kurs rupiah menguat 24 poin atau 0,14% ke level Rp16.693 per dolar AS di pasar spot exchange.

Penguatan ini terjadi setelah rilis data ekonomi AS yang menunjukkan peningkatan daya beli konsumen, memicu optimisme pasar terhadap prospek ekonomi global.

Baca Juga: Rumah Dinas Gubernur Riau Digeledah KPK, Dalami Penyidikan Pemerasan Abdul Wahid 

Rupiah Menguat di Tengah Tekanan Global

Pergerakan rupiah hari ini terbilang menarik.

Meski dolar AS sempat menguat terhadap beberapa mata uang utama dunia, rupiah justru mampu mempertahankan momentum positifnya.

Jika dibandingkan dengan penutupan Rabu 5 November 2025, di level Rp16.717 per dolar AS, posisi hari ini menandai kenaikan yang cukup stabil.

Baca Juga: Bakso Remaja Gading Dinyatakan Non Babi, Sertifikasi Halal Sedang Berproses

Indeks dolar AS yang menjadi tolok ukur kekuatan greenback tercatat turun 0,17% ke level 100,03, menunjukkan penurunan minat investor terhadap aset dolar setelah data tenaga kerja AS yang kuat dirilis pada Rabu malam.

Sementara itu, beberapa mata uang Asia lain seperti yen Jepang dan dolar Singapura masih bergerak konsolidatif terhadap dolar AS.

Sentimen Global Dorong Risiko Positif

Menurut pengamat pasar valuta asing, sentimen positif di pasar Asia pagi ini turut membantu penguatan rupiah.

Baca Juga: Rombak Jajaran Direksi dan Komisaris, PT Kimia Farma Tbk Tunjuk Willy Meridian dan Kader Partai Gerindra Sumarjati Arjoso

“Selera risiko kembali muncul dengan strategi buy the dip yang didukung data ekonomi AS yang kuat semalam,” ujar Rodrigo Catril, Senior FX Strategist dari National Australia Bank (NAB), dalam komentar yang dikutip dari Reuters, Kamis, 6 November 2025.

Catril menjelaskan bahwa pasar sedang bereaksi terhadap potensi penurunan imbal hasil obligasi AS yang sempat melonjak setelah rilis data tenaga kerja.

Menurutnya, meski dolar masih menjadi aset aman (safe haven), sebagian investor mulai beralih ke mata uang Asia karena potensi penguatan jangka pendek yang lebih menjanjikan.

“Untuk saat ini dolar masih unggul dibanding yen atau euro, tapi sensitivitas pasar terhadap perubahan sentimen risiko meningkat signifikan,” katanya.

Baca Juga: BPS Beri Sinyal Bahaya, Butuh Bansos untuk Atasi Konsumsi Rumah Tangga yang Tumbuh Melambat

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Lopi Kasim

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Stok Aman, Pemerintah Putuskan Stop Impor Beras 2026

Sabtu, 20 Desember 2025 | 15:45 WIB
X