KONTEKS.CO.ID - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hari ini diperkirakan masih akan bergerak fluktuatif, namun pada akhirnya berpotensi ditutup melemah.
Proyeksi ini sejalan dengan berbagai sentimen domestik dan global yang menekan pergerakan mata uang Indonesia.
Mengutip data Bloomberg, rupiah ditutup melemah 0,29 persen atau 47,5 poin ke level Rp16.245,5 per dolar AS pada Selasa, 19 Agustus 2025.
Baca Juga: Literasi Data Jadi Kunci Masa Depan, Bootcamp Solusi Cepat untuk Anak Muda
Adapun pada hari ini, Rabu, 20 Agustus 2025, kurs rupiah diprediksi akan bergerak di kisaran Rp16.240–Rp16.300 per dolar.
Sementara itu, indeks dolar AS tercatat turun tipis 0,16 persen ke posisi 98,01, mencerminkan masih adanya tekanan terhadap mata uang Negeri Paman Sam akibat ketidakpastian global.
Sentimen Domestik: Utang Baru dan Kebijakan BI
Dari dalam negeri, rencana pemerintah menarik utang baru sebesar Rp781,87 triliun pada 2026 melalui penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) dan penarikan pinjaman menjadi salah satu faktor yang ikut membayangi rupiah.
Baca Juga: Korupsi Kuota Haji, KPK Geledah Tiga Kantor Asosiasi dan Rumah Biro Travel
Dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2026, pembiayaan utang dari SBN ditargetkan mencapai Rp749,19 triliun, meningkat dibandingkan outlook 2025.
Di sisi lain, pelaku pasar juga menunggu hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia yang digelar hari ini.
BI diperkirakan akan tetap menahan suku bunga acuan di level 5,25 persen, seiring dengan capaian pertumbuhan ekonomi kuartal II-2025 yang lebih baik dari ekspektasi, yakni 5,12 persen.
Pengamat mata uang, Ibrahim Assuaibi, menilai arah kebijakan BI sangat krusial.
Baca Juga: 62 Orang Demonstran Tolak Kenaikan PBB-P2 di Bone Ditangkap Polisi
“Pasar butuh kepastian bahwa BI tetap konsisten menjaga stabilitas, terutama di tengah tekanan eksternal yang kuat,” jelasnya.
Artikel Terkait
Siap-Siap! Kreator Konten, Influencer hingga OTT Asing Wajib Bayar Pajak Media Sosial Mulai 2026
Bursa Saham Indonesia Melemah Dua Hari Beruntun, Investor Waspada Sinyal The Fed
Pengamat: BCA Penikmat Terbesar BLBI, Publik Berhak Tahu Kebenarannya
Minyak Sawit Indonesia Jadi Preseden Tarif Dagang Nol Persen di AS
Skandal Penjualan Saham BCA Soal Utang BLBI, Negara Rugi Hingga Rp78 Triliun