KONTEKS.CO.ID - Rupiah kembali babak belur di pasar valuta asing.
Sepanjang pekan pertama Agustus 2025, mata uang Garuda menukik hingga menembus angka Rp16.500 per dolar AS.
Bukan sekadar goyah, ini adalah sinyal bahwa tekanan global mulai mengguncang kestabilan mata uang di kawasan.
Baca Juga: Seleksi Guru Sekolah Rakyat Tahap 2 Dibuka! 853 Formasi ASN PPPK Menanti Penempatan Nasional
Data perdagangan dari Refinitiv menunjukkan, rupiah terkoreksi 1,07% dalam sepekan.
Pada Jumat, 1 Agustus 2025, penutupan di level Rp16.485 per dolar AS menandai posisi terendah pekan ini.
Ironisnya, hanya satu hari rupiah sempat naik—sisanya berada dalam tren merah.
Tak Sendiri: Asia Juga Gemetar
Baca Juga: Kasus Tom Lembong, Prof Didik: Rezim Jokowi Paling Vulgar Lakukan Kriminalisasi
Tak cuma Indonesia yang terkena imbas.
Mata uang Asia kompak tertekan, mencerminkan gejolak makroekonomi yang tidak main-main.
Dari ringgit Malaysia yang terpuruk 1,35%, hingga dolar Taiwan yang ikut merosot 1,19%—tren negatif menyapu hampir seluruh Asia.
Bahkan peso Filipina dan rupee India ikut tergelincir masing-masing 1,00% dan 0,87%.
Baca Juga: Persoalkan Keaslian Ijazah Pejabat Hak Warga Negara, Jangan Jadikan Hukum sebagai Alat Represi
Yuan China juga tak bisa menahan arus, melemah 0,61%, disusul dolar Singapura 0,59%.
Artikel Terkait
Didik Rachbini: Tak Ada UU Rekening Dormant 3 Bulan Harus Diblokir
kebijakan Blokir Rekening Dormant, Ekonom Nilai Ketua PPATK Layak Diganti
Pengelolaan Danantara Belum Transparan, Direktur CELIOS Rekomendasikan Pemerintah Copas SWF Norwegia alias Norfund
Harga Emas Antam Hari Ini 2 Agustus 2025: 1 Gram Tembus Rp1,94 Juta, Cek Daftar Lengkapnya
Kriminalisasi Tom Lembong Berdampak pada Ekonomi Nasional