Kondisi ini mengingatkan pasar pada prinsip klasik: ketika konflik meningkat, emas bersinar.
Karena dianggap sebagai aset aman (safe haven), emas kerap menjadi tempat berlindung investor di tengah ketidakpastian global.
Emas dalam Tren Bullish, Tapi Hati-Hati Koreksi
Dari sisi teknikal, harga emas masih berada dalam tren positif.
Baca Juga: Tiga Sikap Komnas HAM Soal Tambang Nikel di Raja Ampat
Indikator RSI (Relative Strength Index) saat ini menyentuh level 69—mendekati batas jenuh beli (overbought) di angka 70.
Artinya, ada potensi tekanan jual jika investor mulai mengambil untung.
Stochastic RSI berada di zona 32, menandakan peluang koreksi jangka pendek cukup terbuka.
Jika tekanan jual muncul, harga emas kemungkinan akan menguji level support di US$ 3.315 per troy ons yang merupakan garis rata-rata lima hari (MA-5).
Baca Juga: Egianus Kogoya dan KKB Diduga Danai Aksi Teror lewat Bisnis Ganja
Jika tertembus, target berikutnya ada di US$3.302 (MA-10).
Namun jika sebaliknya, harga berhasil menembus resistance di US$3.442, maka peluang menuju US$ 3.449 hingga US$3.493 per troy ons terbuka lebar.
Apa Artinya untuk Investor Indonesia?
Bagi investor ritel di dalam negeri, harga emas yang mendekati Rp 1,8 juta per gram tentu jadi sinyal penting.
Baca Juga: Kapal Nikel Berinisial JKW, Jokowi: Alhamdulillah Kalau Punya Kapal
Artikel Terkait
Indonesia Jadi Raja Ekspor Kemenyan, Ketua DEN Luhut Binsar Pandjaitan Sebut Masih Rendah
Luhut Klaim Bakal Ada 67.870 Lowongan Kerja Baru Tahun 2025 di Tengah Besarnya Gelombang PHK
Pesawat Air India Jatuh di Ahmedabad, Saham Boeing Anjlok Hampir 8 Persen
Di Tengah Ketidakpastian Global, Emas Masih Jadi Primadona, Harganya Diprediksi Tetap Tinggi
Indonesia Target Setop Impor Jagung pada 2026