Pemerintahan Trump yang pertama mulai merundingkan perjanjian kerja sama nuklir dengan Arab Saudi pada tahun 2018, setelah bertahun-tahun perundingan mengenai jaminan nonproliferasi terhenti.
Saat itu, para anggota parlemen memperingatkan bahwa kesepakatan dengan China atau Rusia dapat melemahkan pengaruh AS.
Sekaligus menumbulkan kekhawatiran bahwa Arab Saudi mungkin akan mengembangkan senjata nuklir jika mereka merasa Iran sedang mengembangkannya.
Arab Saudi bermaksud membangun industri energi nuklir sipil untuk mendiversifikasi bauran energinya, mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.
Serta mendukung Visi 2030-nya, tetapi belum memiliki pembangkit listrik tenaga nuklir.
Sementara itu, penguasa Saudi menawarkan untuk membantu AS dan Iran mencapai kesepakatan baru di tengah kebuntuan mengenai program nuklir Iran.
Juga ketegangan yang menyusul serangan AS terhadap fasilitas nuklirnya pada bulan Juni.
Dalam konferensi pers bersama, putra mahkota tersenyum ketika Trump berkata, "Saya pikir kita telah melakukan pekerjaan yang hebat dalam memusnahkan kapasitas nuklir Iran."
Keberhasilan Saudi mendapatkan teknologi nuklir AS adalah bencana bagi Israel. Sebelumnya, Tel Aviv berkali-kali menggagalkan keinginan Riyadh membangun fasilitas nuklir. ***