KONTEKS.CO.ID - Sedikitnya 193 orang tewas di Sri Lanka setelah banjir bandang dan tanah longsor melanda negara tersebut.
Peristiwa ini menjadikannya salah satu bencana cuaca terburuk dalam beberapa tahun terakhir, menurut Pusat Manajemen Bencana setempat.
Lebih dari 200 orang masih hilang, sementara lebih dari 20 ribu rumah hancur.
Baca Juga: Koalisi Sipil Desak Prabowo Tetapkan Darurat Bencana Nasional
Krisis ini memaksa 108.000 warga mengungsi ke tempat penampungan sementara milik pemerintah.
Pejabat menyebut sekitar sepertiga wilayah negara itu kini tanpa listrik dan pasokan air.
Itu setelah dampak Siklon Ditwah yang melintas di pesisir timur Sri Lanka pada Jumat pekan kemarin.
Baca Juga: Gempa Magnitudo 5,1 Kejutkan Warga Maluku Pagi Ini, BMKG Sebut Berpusat di Seram Bagian Timur
Perintah evakuasi tetap diberlakukan karena ketinggian air di Sungai Kelani terus meningkat dengan cepat.
Distrik Kandy dan Badulla melaporkan jumlah korban jiwa tertinggi, dengan banyak desa terputus total akibat longsor.
“Kami kehilangan dua orang di desa. Sedangkan lainnya sedang mengungsi di sebuah kuil dan rumah yang masih berdiri,” kata Saman Kumara dari Desa Maspanna, Badulla, kepada situs News Center melalui telepon.
Baca Juga: Pasukan Stabilisasi Gaza Gagasan Trump Terancam Batal karena Negara-Negara Mulai Mundur
“Kami tidak bisa meninggalkan desa, dan tidak ada yang bisa masuk karena semua jalan tertutup. Tidak ada makanan, dan persediaan air bersih hampir habis.”
Polisi mengatakan 11 penghuni panti jompo tenggelam setelah fasilitas itu diterjang banjir di Kurunegala.
Artikel Terkait
Buronan Paling Dicari Sri Lanka Ditangkap di Indonesia
Dari Indonesia, Jaringan Narkoba Internasional Seret Aparat Sri Lanka
Ferry Latuhihin Kritik Kebijakan 'Koplaknomics' Menkeu Purbaya: Bawa RI Menuju Krisis Fiskal seperti Sri Lanka dan Argentina!
BNPB: Jumlah Korban Banjir dan Tanah Longsor Sumatra Barat Bertambah Menjadi 129 Orang dan 118 Lainnya Masih Hilang