Yakni, sebuah koalisi yang terdiri dari lebih dari 40 kapal bantuan kemanusiaan yang membawa makanan, air, dan obat-obatan menuju Gaza.
Mereka ditahan pada Rabu hingga Jumat dan dibawa ke Israel, di mana banyak di antara mereka masih dipenjara.
Armada tersebut, yang berlayar pada akhir Agustus dan September, merupakan upaya terbaru para aktivis untuk mematahkan blokade Israel yang telah berlangsung bertahun-tahun atas wilayah Palestina melalui jalur laut.
Israel mengklaim blokade tersebut legal dan menyebut armada tersebut sebagai provokasi.
“Thunberg, salah satu tokoh paling terkemuka di armada tersebut, diduga dipaksa berlutut di atas beton di depan bendera Israel, dan terus-menerus dikelilingi oleh bendera-bendera Israel lainnya selama dalam tahanan,” kata D’Agostino.
Baca Juga: Ekspor Kopi Indonesia Terus Meningkat, Lampung Penyumbang Utama
“Polisi dan tentara sering memotretnya dengan bendera-bendera tersebut,” tambahnya.
Klaim ini diulangi oleh Lubna Tuma, seorang penasihat hukum untuk Is Legal Centre yang mewakili para aktivis. Ia mengutarakan, Thunberg, bersama seorang tahanan lainnya, dipisahkan dari yang lain dan dipaksa berfoto dengan bendera Israel sebagai tindakan penghinaan.
Pada Senin sore, Kementerian Luar Negeri Israel mengatakan, Thunberg juga telah dideportasi bersama 170 peserta armada lainnya.
Thunberg kemudian tiba di Bandara Internasional Athena, di mana ia mengatakan kepada kerumunan pendukungnya bahwa ia bisa berbicara sangat, sangat lama tentang perlakuan buruk dan pelanggaran yang dialamimua selama di penjara. "Tapi bukan itu ceritanya," tegasnya.
Baca Juga: Kementerian UMKM Jadikan Ekspor Kopi sebagai Momentum Perkuat Sinergi
"Yang terjadi di sini adalah Israel, sambil terus memperburuk dan meningkatkan genosida dan penghancuran massal mereka ... mereka sekali lagi melanggar hukum internasional dengan mencegah bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza sementara orang-orang kelaparan," papar Thunberg.
Pemerintah Israel bersikeras bahwa mereka melancarkan perang di Gaza sesuai dengan hukum internasional, dengan tegas membantah tuduhan genosida.
Saat ditahan, ia mengatakan, Menteri Keamanan Nasional sayap kanan Israel, Itamar Ben Gvir, mengunjungi para peserta flotilla. Di sana ia menyebut mereka "teroris" dan "pendukung para pembunuh", seperti yang ditunjukkan dalam video.
“Para penjaga perbatasan merasa harus bersikap sangat kejam di depan menteri mereka," kata D'Agostino, seraya menambahkan bahwa tangannya diikat begitu erat saat Ben Gvir berkunjung sehingga rasanya seperti aliran darah mereka hampir terputus.
Artikel Terkait
Hilang Kontak dengan Sandera, Hamas Desak Israel Tarik Pasukan dari Gaza
Geger Baliho Gaza Tampilkan Prabowo, Kemlu RI Tegaskan Sikap Keras ke Israel
Simak Secara Lengkap 20 Poin Proposal Donald Trump untuk Mengakhiri Perang di Gaza
Ini 5 Poin Paling Penting Proposal Donald Trump Soal Perdamaian di Gaza
Tentara Israel Bajak Kapal Bantuan Rombongan The Global Sumud Flotilla Menuju Gaza