KONTEKS.CO.ID - Parlemen Iran telah menyetujui usulan untuk menutup Selat Hormuz bagi seluruh kegiatan pelayaran, menyusul serangan militer Amerika Serikat terhadap fasilitas nuklirnya, pada Minggu 22 Juni 2025.
Pengumuman itu disampaikan Mayor Jenderal Esmaeli Kowsari, anggota Komisi Keamanan Nasional Parlemen Iran, sebagaimana dilansir oleh televisi Iran Press TV dan Antara.
"Parlemen telah mencapai kesimpulan bahwa Selat Hormuz harus ditutup," ujar Kowsari, sembari menambahkan bahwa keputusan final masih menunggu persetujuan Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran.
Baca Juga: Konflik Iran dan Israel: Perang Dunia Ketiga di Depan Mata, Ekonomi Indonesia Terjepit
Ketegangan Memuncak Usai Serangan AS
Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada Minggu pagi mengumumkan bahwa militer AS telah menyerang tiga fasilitas nuklir utama Iran yang terletak di Fordow, Natanz, dan Isfahan.
Serangan ini menyusul eskalasi konflik antara Iran dan Israel yang dimulai sejak Jumat, 13 Juni 2025. Israel, dengan dukungan penuh dari AS, telah menggempur sejumlah wilayah strategis di Iran, yang kemudian dibalas oleh serangan rudal Teheran.
Data terbaru dari Kementerian Kesehatan Iran menyebutkan bahwa 430 warga Iran tewas dan lebih dari 3.500 lainnya luka-luka akibat serangan Israel.Selat Hormuz: Jalur Energi Dunia yang Kritis
Selat Hormuz merupakan salah satu jalur pelayaran energi terpenting di dunia. Sekitar 20-25% dari total pasokan minyak global melintasi perairan sempit ini yang memisahkan Iran dari Oman dan Uni Emirat Arab (UEA).
Langkah Iran untuk menutup selat ini dianggap sebagai "senjata strategis" dalam upaya menekan Barat.
Baca Juga: Telkom Canangkan Program 100 Hari, Perkuat Ekosistem Digital Nasional dan Daya Saing Global
"Penutupan selat secara resmi memerlukan persetujuan dari Dewan Keamanan Nasional Tertinggi, yang dipimpin oleh perwakilan langsung Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei," tambah laporan dari Iran Press TV.
Jika langkah ini benar-benar diambil, dampaknya bisa sangat besar. Armada Kelima Angkatan Laut AS yang bermarkas di Teluk diprediksi akan merespons secara militer untuk memastikan jalur perdagangan tetap terbuka.
Dampak Ekonomi Global Tak Terhindarkan
Para analis memperkirakan bahwa harga minyak dunia akan langsung melonjak antara 3 hingga 5 dolar AS per barel setelah perdagangan dibuka kembali.
Eskalasi konflik yang terus berlanjut dan potensi gangguan pasokan minyak dapat menyebabkan harga minyak melonjak lebih tinggi.
Baca Juga: Bandara Changi Singapura Buka Kemungkinan Rute Penerbangan ke Semarang, Palembang, dan Belitung
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.
Artikel Terkait
Israel-AS Keroyok Iran Munculkan Teori Konspirasi Kemunculan Imam Mahdi
Konflik Iran dan Israel: Perang Dunia Ketiga di Depan Mata, Ekonomi Indonesia Terjepit
Ketegangan AS dan Iran Meningkat, Partisipasi Iran di Piala Dunia 2026 Terancam?
Ketegangan Iran-AS Meledak, Harga Minyak Dunia Langsung Melonjak Tajam
Pemerintah Iran Putus Akses Internet Nasional Antisipasi Serangan Siber, Elon Musk Langsung Aktifkan Starlink