KONTEKS.CO.ID - Militer Israel hari ini, Minggu 19 Mei 2025, mengumumkan dimulainya operasi darat baru yang lebih ekstensif atau dahsyat di Jalur Gaza, Palestina.
Pernyataan itu muncul sehari setelah Israel melancarkan serangan baru di wilayah Palestina yang berpenduduk lebih dari 2 juta orang. Itu adalah upaya terbarunya untuk menekan Hamas agar menyetujui kesepakatan gencatan senjata baru sesuai ketentuannya.
Pernyataan militer Israel mengatakan militer menewaskan puluhan pejuang dan menyerang lebih dari 670 target dalam serangan awal selama seminggu terakhir. Petugas kesehatan di Gaza mengatakan bahwa ratusan orang telah tewas.
Baca Juga: Anak 8 Tahun Tiba-Tiba Buta Permanen Setelah Kebanyakan Makan Sosis dan Chicken Nugget
Serangan udara menewaskan lebih dari 48 orang di dan sekitar kota selatan wilayah Palestina Khan Younis, beberapa menghantam rumah dan tenda yang menampung orang-orang terlantar.
Rumah Sakit Nasser kesulitan menghitung jumlah korban tewas karena kondisi jenazah. "Delapan belas anak-anak dan 13 wanita termasuk di antara mereka," kata juru bicara Weam Fares, mengutip Gulf News, Minggu 19 Mei 2025.
Di Gaza utara, serangan terhadap sebuah rumah di kamp pengungsi Jabaliya yang sudah dibangun menewaskan sembilan anggota keluarga, menurut layanan darurat Kementerian Kesehatan Gaza.
Baca Juga: Mendadak Hercules Minta Maaf ke Jenderal Gatot dkk, Kenapa?
Serangan lain terhadap sebuah rumah di Jabaliya menewaskan 10 orang, termasuk tujuh anak-anak dan seorang wanita.
Militer Israel belum memberikan komentar langsung. Tetapi pernyataannya yang mengumumkan operasi darat mengatakan, serangan awal selama seminggu terakhir menewaskan puluhan militan dan menyerang lebih dari 670 target.
Israel menyalahkan Hamas atas jatuhnya korban sipil karena kelompok militan tersebut beroperasi dari wilayah sipil.
Baca Juga: Ganjar Sebut Pembekalan PDIP ke Kepala Daerah Soroti UMKM, Konektivitas Daerah, dan Reformasi Birokrasi
Zionis melancarkan serangan pada hari Sabtu dengan tujuan merebut wilayah, mengungsikan ratusan ribu warga Palestina ke selatan Gaza. Lalu mengambil kendali yang lebih besar atas distribusi bantuan.
Blokade Israel terhadap makanan, obat-obatan, dan pasokan lainnya kini telah memasuki bulan ketiga, dengan para ahli keamanan pangan global memperingatkan akan terjadinya kelaparan di wilayah yang dihuni lebih dari 2 juta orang tersebut.
Pembicaraan Damai di Qatar
Israel mengatakan mereka menekan Hamas untuk menyetujui gencatan senjata sementara sesuai dengan persyaratan Israel. Yakni, akan membebaskan sandera Israel yang ditawan di Gaza, tetapi tidak serta merta mengakhiri perang.
Baca Juga: Kasus Korupsi Pengadaan Alat Olahraga Jangan Setop di 3 Tersangka, Kamaksi: Periksa Wali Kota Bekasi Tri Adhianto
Hamas mengatakan mereka menginginkan penarikan penuh pasukan Israel dan jalan untuk mengakhiri perang sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata baru.
Israel mengatakan bahwa mereka akan menunggu hingga akhir kunjungan Presiden AS Donald Trump ke Timur Tengah sebelum melancarkan serangannya. Hal itu memberi kesempatan bagi upaya untuk mencapai kesepakatan baru.
Trump tidak mengunjungi Israel dalam perjalanannya, yang berakhir pada hari Jumat.
Baca Juga: Makna ‘Cincin Nelayan’ Paus Leo XIV Saat Misa Pelantikan di Vatikan, Tradisi Sejak Abad ke-13
Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan, tim negosiasinya di Doha, "Berusaha untuk mewujudkan setiap peluang bagi sebuah kesepakatan."
Termasuk kesepakatan yang akan mengakhiri pertempuran dengan imbalan pembebasan semua 58 sandera yang tersisa, pengusiran Hamas dari Gaza, dan pelucutan senjata wilayah Palestina.
Hamas sendiri menolak untuk meninggalkan Gaza atau melucuti senjata. ***
Artikel Terkait
Sebelum Meninggal Dunia, Paus Fransiskus Sempat Desak Gencatan Senjata di Gaza hingga Didoakan Menag Nasaruddin Umar
Israel Kebakaran Hutan Hebat, karena Tangan Tuhan atau Manusia?
Drone Israel Bom Kapal Bantuan Kemanusian saat Perjalanan ke Gaza
Kalahkan Israel dan AS, Peneliti Harvard Sebut Indonesia Negara Paling Sejahtera di Dunia
Tentara Israel Serang Pos Penjaga Perdamaian PBB di Lebanon Selatan