KONTEKS.CO.ID - Protokol keamanan proses pemakaman Paus Fransiskus berlangsung ketat. Termasuk saat pemberian penghormatan terakhir, sekaligus mendoakan mendiang di Basilika Santo Petrus.
Menariknya, ada seorang biarawati yang justru bisa "menerobos" protokol yang ketat. Saat yang lain bisa diberikan waktu sepersekian detik di depan tempat peti jenazah Paus disemayamkan, biarawati ini dengan leluasa berdiri di sisinya tanpa ada batasan waktu.
Di tengah upacara perpisahan khidmat untuk Paus Fransiskus, yang meninggal Senin lalu pada usia 88 tahun, sebuah pemandangan menggetarkan mereka yang hadir di Basilika Santo Petrus.
Baca Juga: SETARA Institute Nilai Soeharto Tak Memenuhi Syarat Jadi Pahlawan Nasional, Singgung Kebangkitan Orde Baru
Dalam video berdurasi 2,5 menit, terlihat sosok seorang biarawati sepuh dengan ransel hijau di bahunya mendekati peti jenazah Paus. Tindakan yang melanggar protokol ketat Vatikan untuk berdoa dalam keheningan dan memberikan penghormatan terakhir kepada Bapak Suci.
Tak ada pihak keamanan Vatikan yang menegurnya saat orang lain hanya memiliki waktu sekejap untuk berdoa. Orang-orang terus berlalu, tapi dia tetap terpaku memandang ke arah mendiang Paus.
Ternyata sosok itu adalah Suster Geneviève Jeanningros. Seorang biarawati berusia 81 tahun yang merupakan sahabat karib Paus, yang dikenal karena kerja keras tak kenal lelahnya bersama kaum terpinggirkan di Roma.
Baca Juga: Dewan Pers Bakal Periksa Etik Direktur Pemberitaan JakTV Usai Jadi Tersangka Kejagung
Siapakah Suster Geneviève Jeanningros?
Melansir edatv news, Suster Geneviève dari Ordo Suster-Suster Kecil Yesus telah mengabdikan dirinya lebih dari 56 tahun untuk melayani kaum yang paling tidak beruntung. Khususnya kaum transgender dan pekerja pasar malam di Ostia, wilayah pesisir di wilayah Lazio.
Ia tinggal di sebuah karavan bersama biarawati lain, Anna Amelia Giacchetto, dan berbagi kehidupan sehari-hari di komunitas yang ia bantu.
Komitmennya terhadap kaum terpinggirkan menjadikannya jembatan antara kelompok-kelompok ini dan Paus Fransiskus, yang ia bawa lebih dekat ke realitas yang diabaikan banyak orang.
Baca Juga: Komisi II DPR: Ada Usulan Kota Solo Memisahkan Diri dari Provinsi Jateng, Namanya Daerah Istimewa Surakarta
Lahir di Prancis, Geneviève adalah keponakan dari Léonie Duquet, seorang biarawati Prancis yang diculik dan dibunuh pada 1977 di masa kediktatoran militer di Argentina.
Seperti diketahui, Pope Francis selama ini dikenal dekat dengan kaum terpinggirkan. Di eranya, gereja Katolik mencoba merangkul keberadaan kaum LGBT.
Ia juga tak sungkan untuk mendekat dengan kaum miskin. Uskup Agung Jakarta Kardinal Ignatius Suharyo menceritakan, saat ulang tahun, bukannya pejabat Vatikan yang diundang.
Baca Juga: Andre Onana Sering Blunder, Manchester United Kejar Tanda Tangan Kiper Parma
"Yang diundang Paus adalah para pengemis yang kalau malam hari datang tidur di Lapangan Santo Petrus," katanya kepada wartawan di Graha Pemuda, Gereja Katedral Jakarta, Jakpus, Senin 21 April 2025.
Publik dunia tahu Beliau tak tinggal di Istana Kepausan yang menjadi haknya. Namun lebih memilik menetap di Casa Santa Marta.
"(Casa Santa Marta) itu hotel di dalam Kota Vatikan, (dia) tinggal bersama pelayan-pelayan Vatikan yang tinggal di sana," tambah Kardinal Suharyo.
Baca Juga: Vatikan Umumkan 9 Hari Peringatan Meninggalnya Paus Fransiskus
Menurut dia, pilihan itu bukan cuma terlkait tempat tinggal. Ini melainkan sesuatu yang sangat simbolik. Paus berusaha mengubah wajah gereja monarki untuk kemudian menjadi gereja yang melayani. ***
Artikel Terkait
Daftar Pemimpin Dunia dan Kepala Negara Bakal Hadir di Pemakaman Paus Fransiskus
Fakta dan Sejarah Fishermans Ring, Dihancurkan usai Paus Fransiskus Meninggal Dunia
Beredar Foto-Foto Terakhir Kali Dunia Melihat Paus Fransiskus: Mengharukan
Prabowo Utus Jokowi ke Pemakaman Paus Fransiskus, PDIP: Kenapa Bukan Wapres Gibran
Vatikan Umumkan 9 Hari Peringatan Meninggalnya Paus Fransiskus