Pemain kini lebih cepat, lebih kuat, ditopang teknologi peralatan yang jauh lebih maju.
Namun satu hal yang tak berubah: bulu tangkis belum menjadi olahraga arus utama di AS.
Meski pernah merebut medali emas Kejuaraan Dunia 2005 di Anaheim, cabang ini tak kunjung mendapat perhatian besar.
Tidak ada pengakuan NCAA, tidak ada beasiswa atletik, dan tak ada jalur pasti bagi pemain muda setelah lulus SMA.
Baca Juga: Insanul Fahmi Curhat Soal Tuduhan Selingkuh dengan Inara Rusli: Air Mata Diganti dengan Ketenteraman
“Di kategori usia muda, AS sangat bagus. Tapi begitu masuk SMA atau kuliah, fokus pemain berubah ke pendidikan dan karier. Itu membuat pembinaan terputus,” kata Lee.
Ia menaruh harapan pada Olimpiade Los Angeles 2028.
Ajang itu diyakininya mampu mengubah cara masyarakat memandang bulu tangkis dan memotivasi pemain untuk bertahan lebih lama dalam olahraga.
Namun ia menekankan, perubahan tidak boleh hanya terjadi hingga 2028 saja.
“Terpenting adalah kesinambungan setelahnya. Kita harus membangun sesuatu yang bertahan lama,” ujarnya.
Meski memiliki banyak pelatih berkualitas, AS masih menghadapi kendala terbesar: lawan latih tanding.
Negara seperti Indonesia, China, atau Jepang memiliki ratusan pemain elite sehingga pertandingan latihan bisa dilakukan setiap saat dengan kualitas setara turnamen.
Artikel Terkait
Wow, Baling-Baling Bekas Bisa Diubah Jadi Raket Bulu Tangkis Ramah Lingkungan
Malaysia Sebut PBSI Lemahkan Tim Bulu Tangkis Indonesia, Rexy Mainaky Ubah Target dari 2 Jadi 4 Medali Emas SEA Games 2025
Drawing Beregu Bulu Tangkis SEA Games 2025 Resmi Rilis: Tim Putra Indonesia Bye, Jalan Emas Terbuka
Nominasi BWF Player of The Year Awards 2025 Diumumkan, Tidak Ada dari Indonesia, Ini Daftar Lengkapnya