KONTEKS.CO.ID - Secara resmi, keputusan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) untuk mendukung Ganjar Pranowo pada Pilpres 2024 lalu disampaikan sebagai hasil musyawarah internal.
Namun, politisi senior PPP, Romahurmuziy (Romi), mengungkap cerita di balik layar bahwa keputusan tersebut sebenarnya dipicu oleh "arahan" langsung dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat itu.
Romi menceritakan momen krusial saat Plt Ketua Umum PPP, Mardiono, berada dalam satu mobil dengan Presiden Jokowi dalam perjalanan dari Pasar Kota Depok menuju Istana Bogor.
Baca Juga: Gugatan Masuk Tahap Mediasi, Penggugat Keberatan KPU Ubah Data Pendidikan Terakhir Gibran Rakabuming
Di dalam mobil itulah, menurut Romi, Jokowi memberikan pesan yang diterjemahkan sebagai perintah.
"Dikasih tahu, seminggu lagi Mas Ganjar mau deklarasi, jangan sampai P3 ketinggalan loh. P3 kan bukan partai besar, nanti kalau ketinggalan enggak kebagian," ungkap Romi, dalam sebuah video yang tayang di kanal Youtube Hendri Satrio, 23 September 2025.
Ironisnya, keputusan untuk mengikuti arahan ini ternyata menjadi bumerang dan bertentangan langsung dengan aspirasi kader di tingkat bawah.
Baca Juga: Komjen Chryshnanda: Polri Belajar dari Masa Lalu, Memperbaiki Kesalahan
Romi membeberkan hasil survei internal terbatas yang dilakukan PPP kepada seluruh pimpinan cabang di Indonesia.
Hasilnya menunjukkan bahwa mayoritas kader justru menginginkan Anies Baswedan.
"Waktu itu 46% Mas Anis. Kemudian 26% Pak Prabowo, 18% Mas Ganjar," rincinya.
Dengan mengusung kandidat yang hanya didukung oleh 18% internal partai, PPP gagal total mendapatkan efek ekor jas (coattail effect).
Keputusan yang mengabaikan suara kader ini, ditambah tidak adanya kompensasi kapital yang memadai, dinilai Romi menjadi salah satu faktor utama kegagalan PPP lolos ke parlemen.***