• Minggu, 21 Desember 2025

Menaker Yassierli Buka Suara Soal Fenomena Pabrik Jabar Ramai-Ramai Hengkang ke Jateng

Photo Author
- Kamis, 27 November 2025 | 15:05 WIB
Menaker Yassierli segera menerbitkan Surat Edaran kepada perusahaan terkait ketentuan batas usia rekrutmen kerja. (Instagram @kemnaker)
Menaker Yassierli segera menerbitkan Surat Edaran kepada perusahaan terkait ketentuan batas usia rekrutmen kerja. (Instagram @kemnaker)

KONTEKS.CO.ID – Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Yassierli akhirnya angkat bicara mengenai fenomena maraknya relokasi pabrik dari kawasan industri di Jawa Barat menuju Jawa Tengah. Isu ini belakangan menjadi sorotan tajam di tengah dinamika ketenagakerjaan nasional.

Yassierli menegaskan, keputusan sebuah perusahaan untuk memindahkan basis produksinya tidak pernah didasarkan pada satu faktor tunggal.

Menurutnya, ada kombinasi berbagai pertimbangan strategis yang diambil oleh manajemen perusahaan sebelum melakukan relokasi.

Baca Juga: Banjir Bandang dan Tanah Longsor di Sumut: 34 Orang Meninggal, 52 Masih Hilang

Saat dikonfirmasi mengenai dugaan tingginya upah minimum di Jawa Barat sebagai pemicu utama, Yassierli tidak menampik hal tersebut, namun ia menekankan bahwa itu hanyalah salah satu dari sekian banyak variabel.

"Tentu suatu pabrik direlokasi banyak faktor ya. Banyak faktor. Ya bisa jadi pertimbangan yang kamu sampaikan itu (soal upah) salah satunya," ujar Yassierli kepada wartawan di Jakarta, mengutip Kamis, 27 November 2025.

Ia merinci bahwa struktur biaya operasional pabrik sangat kompleks. Selain upah tenaga kerja, perusahaan juga harus memperhitungkan akses terhadap bahan baku, biaya logistik dan transportasi, hingga lokasi pergudangan yang efisien.

"Ya, pabrik itu kan tergantung dari upah, kemudian ketersediaan bahan material, kemudian terkait biaya transportasi, macam-macam biaya, kemudian dia gudangnya di mana. Itu kan banyak," jelasnya.

Pandangan Menaker ini selaras dengan analisis dari Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO). Wakil Ketua Umum APINDO, Sanny Iskandar yang sebelumnya mengungkapkan bahwa eksodus pabrik, terutama dari sentra industri seperti Bekasi dan Karawang menuju daerah seperti Batang di Jawa Tengah, memang nyata terjadi.

Baca Juga: Menteri Bahlil Bicara Soal Dugaan Tambang Ilegal Terkait Bandara IMIP, Tegaskan Instruksi Presiden Prabowo

Sanny membenarkan bahwa disparitas upah minimum menjadi daya tarik utama Jawa Tengah.

Namun, kata dia, faktor stabilitas sosial dan politik juga memegang peranan krusial. Jawa Tengah dinilai menawarkan iklim usaha yang lebih kondusif dengan tingkat demonstrasi buruh yang relatif lebih rendah dibandingkan kawasan industri di sekitar Jakarta.

"Ini juga karena ada kondisi tertentu, misalkan Jawa Tengah itu memang masyarakatnya juga lebih bisa menjamin adanya stabilitas sosial dan politik," ungkap Sanny.

Selain itu, loyalitas pekerja di Jawa Tengah yang dinilai cukup tinggi turut berdampak positif terhadap produktivitas kerja perusahaan.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Lopi Kasim

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X