• Senin, 22 Desember 2025

Kemenperin Akui Bahan Baku Obat Kimia 80 Persen dari Impor, Minta Herbal Jadi Substitusi

Photo Author
- Kamis, 13 November 2025 | 07:56 WIB
Ilustrasi Obat (pinterest.com)
Ilustrasi Obat (pinterest.com)

KONTEKS.CO.ID - Sebuah fakta yang mengkhawatirkan bagi keamanan kesehatan nasional kini terungkap. Indonesia ternyata masih ketergantungan oleh negara lain untuk memenuhi kebutuhan obat-obatan warganya.

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) membeberkan bahwa 80 persen bahan baku obat (BBO) yang berbahan dasar kimia yang menjadi inti dari mayoritas obat-obatan modern masih diimpor dari dua negara utama, yakni China dan India.

Ketergantungan akut ini menempatkan Indonesia dalam posisi yang sangat rentan. Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil (IKFT) Kemenperin, Taufiek Bawazier, pada Rabu, 12 November 2025, menjelaskan bahwa jika terjadi gejolak geopolitik, perang, atau pandemi baru yang menutup keran ekspor dari kedua negara tersebut, industri farmasi nasional bisa lumpuh.

Baca Juga: Menteri Maman Dukung Optimalisasi Layanan dan Pelindungan UMKM Papua

"Banyak dari India dan Cina, itu dua besar yang suplai (Bahan Baku Obat untuk Indonesia)," kata Taufiek di Jakarta, seperti dikutip tirto.id.

Skala ketergantungan ini bukan main-main. Data BPS menunjukkan, pada tahun 2023 saja, Indonesia mengimpor BBO senilai USD1,27 miliar (setara Rp19 triliun lebih), angka yang melonjak drastis dari tahun sebelumnya yang hanya USD509 juta.

Dari total impor tersebut, 45 persen pasokan dikendalikan oleh China, dan 27 persen oleh India. Ini berarti, hampir tiga perempat pasokan bahan baku obat di apotek dan rumah sakit Indonesia bergantung pada kebijakan luar negeri Beijing dan New Delhi.

Menghadapi krisis ketergantungan ini, Kemenperin kini terpaksa memutar otak dan menyiapkan dua jurus pertahanan.

Baca Juga: Bos BGN Minta Tambahan Anggaran Rp28,53 Triliun ke Purbaya untuk MBG, Eh Malah Kena Tegur DPR

Jurus pertama adalah dengan beralih dari bahan kimia impor ke bahan alami lokal. Kemenperin akan secara agresif meningkatkan produksi obat tradisional (herbal) yang bahan bakunya melimpah ruah di bumi Indonesia.

Harapannya, realisasi impor bahan kimia yang mahal itu bisa perlahan digantikan oleh obat-obatan berbasis alam.

Jurus kedua adalah mengakui bahwa tidak semua obat bisa diganti dengan herbal. Untuk itu, pemerintah juga akan mendorong industri petrokimia nasional yang merupakan jantung dari industri kimia agar mau dan mampu menciptakan BBO kimia sendiri di dalam negeri.

"Yang kimia kita push untuk diperkuat di dalam negeri dari hulunya, yang dari bahan alami kita push untuk kita perkuat dari Indonesia," jelas Taufiek.

Bagi Taufiek, potensi obat berbasis alam di Indonesia sangat besar, namun memiliki satu tantangan utama: penerimaan di pasar domestik.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Rizki Adiputra

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X