• Minggu, 21 Desember 2025

Materi Stand Up Comedy Pandji Pragiwaksono Dinilai Lecehkan Budaya Toraja, Didesak Minta Maaf

Photo Author
- Senin, 3 November 2025 | 12:40 WIB
Pandji Pragiwaksono dinilai sampaikan materi stand up comedy yang lecehkan adat dan budaya Toraja (Instagram/pandji.pragiwaksono)
Pandji Pragiwaksono dinilai sampaikan materi stand up comedy yang lecehkan adat dan budaya Toraja (Instagram/pandji.pragiwaksono)

KONTEKS.CO.ID - Materi stand up comedy yang disampaikan komika Pandji Pragiwaksono dinilai menyinggung adat Toraja, Rambu Solo.

Ketua Perhimpunan Masyarakat Toraja Indonesia (PMTI) Makassar, Amson Padolo menilai, materi yang dibawakan Pandji tidak pantas dijadikan bahan candaan.

"Kami sangat menyayangkan seorang tokoh publik berpendidikan seperti Pandji menjadikan adat Toraja sebagai bahan lelucon," tegas Amson Padolo dalam keterangannya yang diterima redaksi Konteks.co.id, pada Senin, 3 November 2025.

Baca Juga: Jika Nekat Jadikan Gibran Cawapres 2029, Prof Ikrar Yakin Prabowo Pasti Keok, Ini Alasannya

Menurutnya, ada dua hal dalam materi stand up comedy Pandji yang melukai hati masyarakat Toraja. Salah satunya, Pandji menilai masyarakat Toraja jatuh miskin karena pesta adat.

"Pertama, pernyataannya bahwa banyak warga Toraja jatuh miskin karena pesta adat. Kedua, anggapan bahwa jenazah disimpan di ruang tamu atau depan TV. Itu tidak benar dan sangat menyinggung," katanya.

Amson menjelaskan, metode menyimpan jenazah dalam tradisi Toraja tidak dilakukan sembarangan.

Baca Juga: Politik 'Ganti Kulit', Sindiran Pedas Ray Rangkuti Projo Ganti Logo: Demi Kekuasaan, Idealisme Ditinggal

Jika keluarga yang berduka belum memiliki rencana menggelar Rambu Solo atau upacara kematian khas Toraja, maka jenazah akan disemayamkan di ruang khusus. Hal itu, berbeda dengan yang disampaikan Pandji.

"Sementara, kalau keluarga memang belum mampu akan ada kesepakatan bersama untuk memakamkan. Tidak pernah ada yang menaruh jenazah di depan TV," jelasnya.

Amson melanjutkan penjelasannya. Bagi masyarakat Toraja, kata dia, Rambu Solo bukanlah pesta kemewahan melainkan bentuk penghormatan terakhir kepada orang yang meninggal.

Upacara tersebut merupakan cermin dari nilai kekerabatan, gotong royong, dan kasih sayang. Di baliknya, tersimpan filosofi tentang solidaritas sosial dan penghargaan terhadap kehidupan.

Baca Juga: Prosesi Pemakaman Raja PB XIII di Imogiri Mulai Rabu 5 November 2025: Transit Jenazah di Loji Gandrung

"Esensi Rambu Solo itu penghormatan kepada orang tua atau kerabat yang telah meninggal," ujarnya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Lopi Kasim

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X