• Minggu, 21 Desember 2025

Politik 'Ganti Kulit', Sindiran Pedas Ray Rangkuti Projo Ganti Logo: Demi Kekuasaan, Idealisme Ditinggal

Photo Author
- Senin, 3 November 2025 | 12:20 WIB
Direktur Eksekutif Lingkar Madani (Lima), Ray Rangkuti
Direktur Eksekutif Lingkar Madani (Lima), Ray Rangkuti

KONTEKS.CO.ID - Direktur Eksekutif Lingkar Madani (Lima), Ray Rangkuti, menilai langkah Projo mengubah logo dan ikon organisasinya bukan semata refleksi transformasi visi, namun lebih sebagai penegasan arah dukungan politik terhadap kekuasaan baru di bawah pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.

Menurut Ray, perubahan identitas organisasi politik tidak selalu diperlukan untuk menunjukkan dukungan.

“Tidak perlu. Lebih lagi jika dukungan itu karena visi dan misi yang sejalan,” ujarnya saat berbincang dengan Konteks.co.id, Senin, 3 November 2025.

Baca Juga: Projo Dukung Prabowo, Campakkan Jokowi? Ini Kata Budi Arie

Ia menegaskan, justru dengan tetap mempertahankan logo lama, organisasi dapat menunjukkan bahwa dukungan yang diberikan lahir dari kesamaan prinsip perjuangan, bukan semata karena figur yang berkuasa.

Ray menyebut, dukungan Projo terhadap Prabowo sebenarnya sudah memiliki dasar kuat yakni restu politik Joko Widodo (Jokowi).

“Jika sejak awal dukungan itu muncul karena Pak Jokowi mendukung Prabowo-Gibran, lalu kenapa sekarang logo dan ikon yang selama ini menggambarkan Jokowi harus dihapus?” ujarnya retoris.

Namun, lanjut Ray, jika perubahan itu terjadi, maka maknanya bukan sekadar simbol transformasi melainkan tanda bahwa dukungan tersebut lebih didorong oleh kepentingan kekuasaan, bukan idealisme perjuangan.

“Kalau yang dikejar adalah kekuasaan, tentu saja nama, logo, dan ikon harus disesuaikan dengan yang sedang berkuasa. Itu bentuk penegasan,” tuturnya.

Baca Juga: Budi Arie Mau Ganti Logo Projo, Wajah Jokowi Dihapus Tak Lagi Dikultuskan

Ray menyebut fenomena semacam ini bukan hal baru di perpolitikan Indonesia. Ia menilai, banyak organisasi dan tokoh yang menyesuaikan arah ideologi, narasi, bahkan simbol demi mendekat ke pusat kekuasaan.

“Semua tindakan itu dibungkus dengan kata halus yaitu demi keberlanjutan,” kritiknya lagi.

Lebih lanjut, mantan aktivis 98 itu menyebut Jokowi justru turut memperkuat kultur politik semacam ini.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Rizki Adiputra

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X